Entah mengapa, tubuhku masih tak dapat digerakkan.
Â
Usai menembang, ia memiringkan kepala. Pelan-pelan. Menoleh ke arahku. Sepasang matanya menatapku tajam.
Â
"Pulanglah, Nak. Tempatmu bukan di sini."
Â
Suaranya setajam sembilu, menekanku. Ia terlihat jauh lebih tua dari awal perkenalan kami. Bulan dan si Nene penenun akar pohon mungkin tak lain dua pribadi yang terhimpun dalam diri satu makhluk.
Â
Perkataan Yoga masih membayang.
Â
Kau harus segera keluar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!