Jeda sesaat. Mereka menunggu pangeran Edmund maju untuk berbicara. Lelaki yang mengenakan tuksedo putih malam itu tampak lebih tampan dari hari-hari biasanya. Rambut hitamnya begitu rapi dengan tatanan belah pinggir. Dirinya telah menawan hati seluruh gadis di negeri itu. Kecuali Nivea.
Dan tibalah saatnya, pangeran Edmund mengumumkan gadis pilihannya. Dengan gagahnya, dia telah berdiri di samping baginda raja. Di hadapan semua orang.
"Dengan penuh rasa hormat dan terima kasih kepada kalian, para gadis cantik yang ada di negeri ini. Sesungguhnya aku telah memilih salah satu dari kalian untuk menjadi calon permaisuriku di masa mendatang."
Semua gadis kompak menampilkan binar kecerahan di raut wajah mereka. Tentu mereka berharap-harap cemas, tak sabar ingin tahu siapakah gadis beruntung yang telah dipilih oleh sang pangeran.
"Dia sangat tampan, nona Nivea."
"Hmm.. Itu benar nona. Aku rasa kedua mataku masih normal. Tapi... dia cukup bodoh."
"Hah? Apa nona?"
"Ah, tidak! Tidak, nona Martha." Nivea menggeleng dan tertawa kecil berharap Martha tak mendengar kata bodoh yang dia ucapkan.
"Dan pilihanku ini adalah murni sebagai pilihanku sendiri. Didasari oleh beberapa kriteria tertentu. Dan pilihanku jatuh kepada....."
Sayup-sayup suara para gadis di tengah sana kian riuh terdengar. Mereka saling bertanya siapakah kira-kira gadis itu.
"Gadis itu adalah putri dari duke Eduardo Del Castano."