"Tentu, yang mulia! Banyak orang ingin terlahir sebagai anak dari seorang raja. Mereka memiliki angan-angan yang indah. Bisa menjalani hidup serba berkecukupan, dilayani, dihormati."
"Ah! Tapi, mereka tidak tahu bagaimana rasa yang sesungguhnya saat mereka menjadi seorang putri dari baginda raja. Aku sudah merasakannya. Ya! Dan aku dapat mengatakan bahwa angan-angan mereka tak seindah yang mereka bayangkan."
Putri Nicole tiba-tiba menghentikan langkahnya di bawah salah satu pohon anggur yang teduh.
"Apa yang mulia lelah?" tanya Matias yang ikut berhenti di sampingnya.
Gadis itu menggeleng. "Aku ingin mengatakan sesuatu."
"Ya, yang mulia! Apa itu?"
"Aku menyukaimu, tuan Matias!"
"Apa? Yang mulia? Saya.... saya....."
"Kau menyukai nona Nivea? Hmm?" dengan melemah, putri Nicole bertanya tentang hal yang sudah dia ketahui jawabannya.
Matias memilih tak menjawab. Lelaki itu hanya menunduk, menelan ludah.
"Tapi, nona Nivea akan menjadi pendamping hidup kakakku. Apa, kau belum tahu soal itu?"