Ucapan selamat dari Matias telah membuatnya tersipu malu. Rona kemerahan pun tersirat di wajah cantiknya.
***
Lagi-lagi Matias tak sengaja memergoki tuan Benedict berbincang dengan lelaki bermata satu itu. Namun kini, dirinya memergoki mereka tengah berbincang di depan gedung kantor pajak.
Segera saja Matias meminta tuan Luigi untuk mengendarai kereta kudanya dengan lebih lambat. Dan Matias telah berhasil memotret kedua lelaki itu beberapa kali. Tentu saja apa yang dilihatnya itu membuatnya semakin penasaran, bahkan dirinya tak ragu lagi untuk menyelidiki perihal penyelewengan pajak perkebunan.
Hingga akhirnya setengah harinya di perkebunan telah dia jalani, siang ini Matias menemui Rodrigues dan mengutarakan niatnya. Mereka memutuskan untuk saat ini juga bergerak menyelidiki lelaki bermata satu itu, yaitu tuan Keith.
Setelah mengatur strategi, Matias dan Rodrigues telah tiba di kantor pajak. Rodrigues menyamar sebagai seseorang yang seolah-olah telah mengenal tuan Keith. Dengan menaruh keyakinan bahwa tuan Keith adalah pekerja disana, Rodrigues tak ragu bertanya pada salah satu loket yang ada.
Lelaki itu bertanya, "Nona, apakah tuan Keith ada di tempat?"
"Ya, tuan Keith ada di ruangannya. Adakah yang bisa Saya bantu, tuan?"
"Saya ingin bertemu dengannya, nona. Saya ingin berdiskusi dengan beliau terkait pajak untuk usaha pabrik yang Saya miliki."
"Ah, silahkan naik lewat tangga di sudut sana tuan! Tuan Keith ada di ruang percetakan tagihan, lantai tiga. Oh ya tuan, ruangan itu cukup steril. Tunggulah hingga beliau keluar setelah Anda mengetuk pintunya!"
"Ah, baiklah nona! Terima kasih."
Gadis pekerja loket tersebut kembali menunduk, mengerjakan tugas di meja kerjanya setelah sempat tertunda beberapa menit. Hingga gadis itupun tak melihat Rodrigues yang tidak benar-benar naik ke tangga di sudut sana.