Bagian 26
Seusai melakukan pekerjaannya hari ini di perkebunan, Matias kembali menyempatkan diri menemui sahabatnya, Rodrigues.
"Lihat ini Matias! Aku menyewa alat untuk memotret. Aku menyewanya untuk membantu sepupuku memotret pepohonan liar di belakang rumahku. Dia memerlukannya untuk memenuhi tugas dari lembaga perguruannya. Bawalah, siapa tahu kau membutuhkannya!"
"Sepupumu sudah selesai menggunakannya?"
"Tentu. Kemarin kami sudah menggunakannya. Kau masih punya waktu lima hari untuk menggunakan itu, sebelum aku mengembalikannya ke kios pusat dokumentasi."
"Baiklah Rodrigues! Aku akan membawanya dulu. Terima kasih."
Hari telah malam saat Matias beranjak pergi dari tempat tinggal sahabatnya itu. Dalam perjalanan pulangnya, masih terngiang tentang semua yang dikatakan oleh Nivea siang tadi. Sekarang dirinya tahu, bahwa sebenarnya pangeran Edmund menyimpan kecemburuan saat melihat dirinya dan Nivea mengenakan pakaian dengan warna senada tempo hari.
Matias menghela nafas, bersaing dengan putra baginda raja bukan suatu hal yang perlu ditakutinya. Dia tak akan mundur selangkah pun. Dia akan menghadapi apapun resiko yang mungkin akan terjadi di kemudian hari.
Waktu berputar kembali, pagi telah menyongsong.
Keluarga Lawrence telah selesai melakukan sarapan bersama. Dan seperti biasanya, mereka masih punya sedikit waktu untuk berbincang.
"Katakan sesuatu Ibu."
"Hah? Apa?" tanya countess Victoria mengernyitkan dahi tak mengerti.