"Sepertinya Saya harus meninggalkan kalian lebih dulu. Ada sesuatu yang harus Saya urus."
"Baiklah yang mulia. Terima kasih atas jamuan Anda, yang mulia." jawab Matias diikuti Nivea yang sedikit membungkuk juga ke hadapan pangeran.
Satu pengganggu telah pergi dari tengah mereka, namun sayangnya memunculkan satu pengganggu lagi.
"Tuan Matias, sejak tadi Anda disini?"
"Salam hormat, semoga keberkahan dan kebahagiaan mengalir untuk Anda, yang mulia tuan putri." sapa Matias dengan cukup terkejut mendapati putri Nicole telah mendekat padanya.
Nivea pun ikut membungkuk ke hadapan sang tuan putri. Menyatakan rasa hormatnya.
"Ah, Anda disini juga nona Nivea?"
"Tentu yang mulia."
Sorot kedua mata tuan putri menggerayangi pakaian yang dikenakan dua orang di hadapannya. Tampaknya dia menahan diri untuk tidak berkomentar apapun. Dia cukup menelannya sendiri, menyadari kedua orang itu mengenakan pakaian dengan warna senada. Hal itu sungguh membuatnya iri.
"Oh ya tuan Matias, apakah pekerjaanmu di perkebunan berjalan dengan lancar?"
"Tentu yang mulia. Semua berjalan baik-baik saja, seperti biasanya."