Matias tersentak kaget, membelalakkan matanya untuk sesaat. Menelan susah payah sisa roti dalam mulutnya. Lalu menyesap teh hangatnya.
"Dan... kau setuju dengan lamaran itu?"
"Eh! Tentu saja tidak, Matias.. di hadapan semua orang yang ada di meja makan, aku mengatakan bahwa aku sedang tidak ingin menerima lamaran dari siapapun."
"Kau mempermalukannya di hadapan orang-orang?"
"Ah, orang-orang itu kan hanya keluargaku dan keluarganya sendiri. Lagi pula itu salahnya sendiri, tanpa mendekatiku sebelumnya... tiba-tiba saja dia mengatakan hal itu di hadapan keluarganya."
"Jadi begitu ya.."
"Hmm.. Dan jujur saja, aku... Bukan maksudku terlalu percaya diri, tapi aku takut dia tetap memilihku pada pesta para gadis besok malam."
Matias tersentak untuk ke sekian kalinya menyadari hal itu. Posisinya juga terancam jika Nivea terpaksa menerima lamaran pangeran Edmund di hadapan semua orang besok malam. Matias yang sedang memotong roti berikutnya, sontak mendongak mendengar kalimat gadis di hadapannya.
"Hmm.. Lalu, apakah kau akan terus menghindar dari pangeran?"
"Tentu! Aku tidak menyukainya."
"Ah, kau tidak menyukainya. Jadi, apa yang bisa ku lakukan untuk membantumu?"