"Apa yang dikatakan tuan Carlos benar, bahwa kedatangan Saya tidak mengganggu pekerjaan kalian?"
"Ah, tentu saja yang dikatakan tuan Carlos itu... benar yang mulia. Kami semua merasa mendapat perhatian dari Anda, yang mulia."
Nivea mulai gerah, berada di tengah kedua orang yang sibuk berbincang sendiri. Seolah dirinya tidak ada disana. Hingga dirinya mulai dapat menangkap gelagat aneh putri Nicole. Nivea dapat merasakan kalau putri Nicole menyukai Matias.
Kehadiran Martha ke tengah mereka, lantas menjadi penolong bagi Nivea yang tak mampu bersuara sejak tadi.
"Apa kalung ini milikmu, Kakak? Seorang pelayan mengatakan... tadi kau sedang mencari kalungmu yang terjatuh." tambahnya seraya menyodorkan sebuah kalung berjenis emas putih kepada Matias.
"Ah, benar Martha! Ini milikku." Matias segera meraihnya dari tangan Martha.
"Tapi, kenapa liontin kalung itu berinisial N?"
Matias tersentak, membuatnya hanya bisa terdiam.
Dengan penuh percaya diri, putri Nicole membuka suara, "Apa Anda mau memberikannya untukku, tuan Matias?"
"Ah, Saya memohon maaf yang mulia tuan putri, Saya harus mengatakan bahwa... Saya membeli kalung ini untuk... nona Nivea."
Sontak Martha menutup mulutnya dengan sebelah tangan, dia tak menduga kakaknya akan bicara sejujur itu.