"Ah, jadi begitu ya. Aku harap ukuran gaun ini cocok denganku."
"Hmm. Dan aku benar-benar berharap kau sudi mengenakan gaun itu, Martha."
"Tentu Daniel, aku sangat berterima kasih dan menghargai pemberian darimu." seraya tersenyum dan menunduk tersipu malu.
Martha sudah tak sabar untuk segera melihat gaun pemberian Daniel. Selepas kepergian Daniel dari kediamannya, dia pun bergegas masuk ke kamarnya dan membuka tas kertas berwarna merah muda yang sedari tadi sudah berada di tangannya.
Dengan penuh kehati-hatian, sebelah tangan gadis itu meraih lembut kain yang tampak berwarna cokelat keemasan disana. Sorot kedua matanya kian berbinar seiring dengan perlahannya gaun yang tertarik keluar.
Kini Martha dapat melihat gaun cantik itu sepenuhnya. Dia telah membentangkannya di atas ranjang. Setelah cukup puas memandangi dan membelai tekstur kainnya, kini giliran Martha untuk coba mengenakannya.
"Wah, bagaimana bisa ukuran gaun ini sangat pas di tubuhku?" Martha tersenyum senang memandangi dirinya yang sedang mematutkan diri di depan cermin.
Sekejap alam pikirannya pun melanglang jauh tertuju kepada si pemberi gaun itu.
***
Pukul 10.00 pagi, kedatangan sekelompok orang telah membuat buyar seisi perkebunan anggur milik pemerintah. Bagaimana tidak, kelompok pengawal itu datang membawa sang tuan putri. Kembali mengunjungi perkebunan. Entah apa tujuan dari putri baginda raja tersebut, untuk ke sekian kalinya mendatangi perkebunan anggur itu.
"Salam hormat, semoga keberkahan dan kebahagiaan mengalir untuk Anda, yang mulia tuan putri." ucap tuan Carlos sedikit membungkuk di hadapan gadis yang saat itu mengenakan topi bulunya.