"Ah, benar! Kami memiliki awalan nama dengan huruf yang sama. Anda sudah menemukan kalung itu, maka berikanlah padanya sekarang!"
Semuanya terdiam. Matias dan Nivea malah saling memandang aneh hingga Nivea membuka mulut.
"Anda menginginkan kalung itu, yang mulia putri Nicole?"
"Ah, tidak begitu nona. Tuan Matias mau memberikannya untuk Anda. Jadi, terimalah kalung itu dengan baik."
Tanpa menunggu Matias menyerahkan kalung itu padanya, salah satu tangan Nivea bergerak cepat meraih kalung di tangan Matias.
Seraya mengatakan, "Baiklah, aku terima kalung ini."
Sikap Nivea yang seperti itu telah mengejutkan mereka. Membuat berpasang mata itu melongo tak percaya.
"Terima kasih atas pemberianmu, Matias." lanjutnya.
Dan Matias hanya dapat menjawabnya dengan senyuman tipis.
Situasinya menjadi sangat canggung sekarang. Martha hanya dapat mengutuk dalam hati, atas kebodohan yang dilakukannya. Dia datang membawa kalung itu di saat yang tidak tepat. Lain halnya dengan putri Nicole, gadis itu menyesal telah gegabah terlalu percaya diri berpikir kalau Matias akan memberikannya sebuah kalung. Pada akhirnya dirinya harus menanggung malu, terlebih di hadapan Nivea.
23. Akhir Perjamuan