"Silahkan yang mulia.." seraya sedikit membungkuk memberi jalan kepada putri Nicole.
"Hmm. Tuan Matias, bagaimana tentang... isi kotak makan siang itu? Apa Anda menyukai makanannya?"
"Ah, maafkan Saya yang mulia. Saya sampai lupa, harusnya Saya mengucapkan lebih dulu terima kasih Saya untuk kiriman Anda hari itu. Tentu makanan itu sangat nikmat, yang mulia."
"Benarkah?"
"Ya, yang mulia. Saya langsung menyantapnya setelah pelayan pribadi Anda mengantarnya untuk Saya."
"Tapi.. apa Anda tahu bahwa... semua itu Saya sendiri yang memasaknya?"
"Benarkah? Tentu Saya tidak berpikir tentang itu, yang mulia. Maafkan Saya. Saya mengira makanan itu dimasak oleh juru masak istana."
"Hmm. Apa Anda meremehkan kemampuanku?"
"Tidak yang mulia! Tentu tidak. Saya hanya tak menduga bahwa seorang putri dari baginda raja terjun langsung ke dapur."
"Hmm. Baiklah! Saya menerima alasan Anda."
Matias dan putri Nicole masih berjalan bersisian dengan jarak beberapa jengkal. Dengan sabar dan sopannya lelaki itu mendampingi sang tuan putri berkeliling di sela-sela perkebunan.