Nivea menggeleng, "Aku lelah, Ibu."
"Tidak sopan jika kau tidak menemani tamu mu, Nivea."
"Dia juga tamu ayah, Bu.. Lagi pula aku sudah memberi salam padanya."
"Tunggu, apa.. kau mengganti gaunmu, Nak? Apakah aku yang sudah jadi pelupa? Aku rasa... tadi pagi kau pergi ke toko dengan gaun berwarna ungu."
"Hmm. Ibu.. Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi, aku harap kau jangan membocorkannya pada ayah."
"Baiklah! Apa itu Nak?" seraya tersenyum teduh dan sebelah tangannya mengusap lembut pipi Nivea.
"Aku harus mengganti gaun ungu ku yang basah karena aku.... bermain hujan."
"Apa? Bagaimana bisa kau bermain hujan?"
"Apa kau tahu putra dari tuan.... maksudku count Antonio?"
"Ah, apa dia yang bekerja di perkebunan anggur milik pemerintah?"
Nivea mengangguk pasti, "Benar Ibu! Dia adalah kakak kelasku di perguruan ketiga. Dia sering berkunjung ke toko rotiku di sela waktu senggangnya. Dan hari ini, dia datang dengan dirinya yang basah karena kehujanan."