Alan Siregar   : (Mengangkat tangan keatas)Jadi begitu pak hakim! Saya sudah rugi besar. Uang saya ludes dibawa lari. Uang perusahaan saya telah dikorupsi oleh manusia jahat bernama Agus Sulistyo itu! (Menunjuk ke arah laki - laki yang duduk di tengah)Usaha saya jatuh hanya karena ulahnya dan saya punya cukup bukti untuk membuktikannya!
Hakim 1 Â Â Â Â Â : Baik pak, sudah cukup. Waktunya kita mendengarkan kesaksian dari terdakwa.
Alan Siregar   : Saya ingin dia dihukum berat pak hakim! Saya ingin dia membayar hutang - hutangnya! (Nada bicara marah dan memaksa sambil menatap para hakim)
Hakim 2 Â Â Â Â Â : Iya pak, kami mengerti. Lebih baik kita dengarkan ... (Tiba - tiba berhenti berbicara dan menatap ke arah pintu masuk)
Agus Sulistyo : (Menengok ke arah belakang)Mentari?
Mentari masuk panggung dari bagian belakang bersama Reyhan dengan napas terengah, keduanya berdiri dan mematung. Semua orang di persidangan menengok. Sesaat kemudian, datanglah Jovian. Mentari melihat kearah belakang dimana Jovian berdiri, sesaat kemudian dia kembali menatap kedepan sambil celingak - celinguk.
Alan Siregar   : Nah, saksi saya telah tiba. (Wajah sumringah)Saya menunjuk Mentari, anak dari Agus Sulistyo untuk bersaksi atas kasus korupsi saham ini di depan sidang. (Menarik Mentari secara paksa dan mengajaknya duduk di kursi depan di sebelah Agus Sulistyo)
Semua orang menatap ke arah Alan Siregar, tiba -- tiba Jovian mengangkat tangannya.
Jovian        : Interupsi tuan, tidakkah sebaiknya anda melakukan prosedurnya terlebih dahulu sebelum memanggil seseorang sebagai saksi, apalagi saksi yang terpanggil masih tergolong siswa dibawah umur?
Alan Siregar   : Tidak perlu prosedur dalam kasus perusahaan besar seperti Starlight Coorporation,sebaiknya kau duduk saja dan mendengarkan dengan saksama, wahai anak muda. (Mendorong bahu Jovian lalu kembali ke tempatnya.)
Hakim 1 Â Â Â Â Â : Iya, lebih baik kalian duduk dulu anak -- anak.