Mohon tunggu...
Dara Ginanti
Dara Ginanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Sampoerna University - The University of Arizona

A Beginner in Writing

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Naskah Drama "Mentari Warna-Warni"

3 November 2017   07:19 Diperbarui: 16 Juli 2020   19:56 82509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari           : Ibu! (Berdiri dan berniat mengejar Lulay, menangis.)Mentari... Mentari... (Terisak, kakinya sudah tidak kuat berdiri lalu mulai berlutut)

Mentari terduduk sambil menangis, tiba -- tiba dia melihat sebuah pisau yang tergeletak di lantai. Mentari merangkak dan meraih pisau itu, dia lihat pisaunya persis di depan mata, tangannya memegang bilah dengan gemetar. Mentari lalu berdiri masih dengan wajah frustrasi. Monolog pun dimulai.

"Buat apa aku hidup di dunia ini kalau hanya hidup sendiri? Buat apa pisau ini tergeletak disitu, kalau bukan untuk aku bunuh diri? (Terisak)Simbok, ibu, dan ayah sekarang sudah tidak peduli kepada Mentari! Mentari sudah tidak punya siapa -- siapa lagi! (Berteriak dan menangis keras) Mentari anak tidak berguna dan tidak tau diri, Mentari... Mentari... Mentari sudah tidak pantas lagi berdiri di dunia ini... Aaaaaa... (Berteriak dengan keras sambil mengarahkan pisau ke perutnya)"

Sebelum pisau menembus tubuh Mentari, tiba -- tiba Reyhan datang dari belakang dan menahan pisau itu melukai sang wanita.

Reyhan            : Mentari! (Menahan Mentari yang terus berteriak dan memberontak, setelah pisau didapat, Reyhan langsung melemparkannya ke belakang.) Mentari! Mentari! Sadar Mentari! Apa yang telah kau lakukan? (Menggoyang -- goyangkan bahu Mentari)

Mentari           : Lepaskan, Rey! Mentari sudah tidak mau lagi bertemu denganmu!

Reyhan            : Mentari mau bunuh diri, hah? Mentari mau mati?

Mentari           : Ihhh... Diam Rey! (Memegang kedua telinganya lalu berjalan menjauh. Menangis.)

Reyhan            : Dimana Mentari yang dulu selalu ceria? Dimana Mentari yang semangatnya selalu membara? Dimana Mentari kecil yang senyumnya selalu hangat dan tulus? Beginikah semuanya akan berakhir? Aku mengenalmu sejak umur 4 tahun Mentari, kamu bukanlah orang yang mudah menyerah seperti ini! Kamu Mentari yang berwarna -- warni seperti apa kata orang - orang, bukan yang redup seperti ini!

Mentari           : Pergilah Rey, Mentari warna -- warni umur 4 tahun sudah pergi, Mentari itu sudah hilang. Mentari sudah waktunya untuk tenggelam. (Memalingkan wajah)

Reyhan            : Kamu mau bunuh diri? Lihat! Tanganmu terluka. (Memegang tangan Mentari yang berdarah.)Luka kecil saja sakit, kamu masih mau menusukkan pisau itu ke perutmu? Kamu sudah siap sakit, hah?

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun