Lulay Ardianti       : Kenapa kamu kesini?! Sudah pulang saja sana! (Langsung bergegas mengambil telepon genggamnya yang tergeletak di lantai lalu berbalik dan berniat kabur.)
Mentari      : Ibu! (Menarik tangan Lulay.)Ibu! (Terdorong ke belakang oleh Lulay.)
Lulay Ardianti       : Lepaskan! (Meronta dari genggaman Mentari)
Mentari      : Ibu, ayah terlibat kasus korupsi dan sekarang dipenjara. Mentari sendiri, bu. Mentari sekarang sendiri. (Menangis)
Lulay Ardianti       : Lalu kenapa? Sudah kuduga. Ayahmu itu orang yang berengsek, aku tidak akan menemuinya lagi!
Mentari      : Pulanglah bu, berhentilah melacur! Berhentilah melakukan pekerjaan kotor ini!
Lulay Ardianti       : Dasar anak tidak tau diri, kau kira aku mau memiliki anak tidak berguna seperti kau, bisanya cuma menghabiskan uang untuk sekolah saja. (Maju mendekati Mentari)Lebih baik aku bekerja sendiri disini, menikmati uang.
Mentari      : Ibu! Ibu masih tega? Dimana perikemanusiaan inu? Karena kasus itu rumah akan disita, simbok juga akan pergi! Aku ini anakmu bu! Darah dagingmu!
Lulay Ardianti       : Sudah... (Menjerit.) Sudah sana pergi, kamu bukan anakku lagi! (Berbalik)
Mentari      : (Mengejar Lulay)Ibu! Ibu!
Lulay Ardianti       : Pergi! (Meronta dan mendorong Mentari sampai jatuh)Pulang sana! (Meninggalkan panggung.)