Jovian        : Tapi apa yang ayah lakukan ini sudah keterlaluan, mengekspos anak dibawah umur yang tidak tau apa -- apa untuk membeberkan aib keluarga mereka?
Alan Siregar   : Apa pedulimu? Dia hanya anak dari seorang koruptor dan pelacur. Yang penting, aku mendapatkan kembali uang yang terkorupsi oleh ayah anak itu. Hanya karena dia teman sekelasmu, tak sepatutnya kau terlalu peduli. (Tertawa sambil berjalan menjauh) Atau jangan -- jangan, kau telah jatuh cinta padanya?
Jovian        : (Diam, tangannya mengepal)Aku tidak akan membiarkan ayah bertindak macam -- macam kepada wanita yang aku sendiri telah jatuh hati padanya.
Alan Siregar   : (Tertawa keras lalu menghampiri Jovian.)Ini masalah bisnis Jovian, bisnis tidak memandang perasaan dan tidak memandang hati! Berpikirlah secara logis! Kamu harus memperbaiki hati dan pikiranmu untuk sukses. (Sedikit mendorong kepala dan dada Jovian)
Lampu  seluruhnya mati. Adegan selesai dan semua pemain mematung. Diputar rekaman suara seorang wanita paruh baya yang menyanyi lagu jawa, lalu rekaman suara percakapan Mentari dengan Simbok Uti diputar.
"Simbok Uti menyanyi lagu, tiba -- tiba suara langkah kaki terdengar.
Mentari        : Simbok! Mentari mau pergi mencari ibu. (Suara sedikit terisak)
Simbok Uti     : Tapi neng, nyonya kan...
Mentari        : Mentari mau mencari ibu, akan ku cari sampai ketemu.
Simbok Uti     : Tapi neng, ibu... ibu...
Mentari        : Mentari tau, mbok. Orang -- orang sudah membicarakan ibu sejak lama! Simbok tidak perlu menyembunyikan fakta, Mentari sudah tau kalau ibu selama ini melacur! (Suara piring jatuh yang dilempar Mentari lalu suara tangis.)