"Bagi, dong!" seru Delia yang baru datang sambil membawa bantal, sebelum menarik selimut pink itu. "Betewe, kamu yakin nggak pake bantal?"
"Hm? Nggak usah. Dari kemarin juga nggak pake. Hehe."
"Kamu kenapa senyum-senyum?"
"Aku? Nggak. Aku seneng aja udah bisa pake skincare rutin. Nih, setiap malem aku udah double cleansing, pake moisturizer."
Delia menatap aneh. "Ya ... bagus kalo gitu. Ya udah, tidur. Besok jadwal kita masak."
Meski hanya diisi oleh para anggota perempuan, rumah ini tidak memiliki cukup ruangan untuk 10 orang. Satu kamar untuk tujuh orang, dan kamar lainnya untuk barang-barang. Jadi, mereka juga menggunakan ruang tamu untuk tidur.
Esok pun tiba. Kemala bangun pada pukul 4.23 dan segera ke kamar mandi. Setelah salat, dia membangunkan yang lain dan mulai menyapu.
Konon katanya, ada orang-orang yang baru disiplin ketika berada dalam keadaan tertentu. Mungkin Kemala adalah salah satu dari mereka. Jangankan pukul 4.23. Salat Subuh saja selalu terlambat sebelumnya.
Setelah menyapu seluruh rumah, Kemala dan para perempuan mulai sarapan. Bukan makanan berat, melainkan jajanan warung yang dibeli oleh anggota laki-laki yang piket memasak juga hari ini. Mereka membelinya sekaligus berbelanja bahan-bahan masakan.
Setelah sarapan, Kemala membagi teman-temannya untuk kegiatan hari ini dari pagi hingga malam. Akan ada yang mengajar di TK, SD, membantu posyandu, mengajar TPQ, serta les dan taqrar.
Sementara semua berkegiatan, Kemala dan Delia sibuk memasak. Lebih tepatnya, hanya Delia. Kemala hanya bisa memotong-motong meski tidak rapi, mengulek-ulek meski sangat lama, apa pun itu, kecuali berada di hadapan kompor.