Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari Ini Cerita Hari Kemarin

15 Agustus 2023   17:05 Diperbarui: 15 Agustus 2023   17:11 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis diteras atas gubuk. Dokpri

Aku paksakan malah tumpah, tapi tidak banyak cuman tiga teguk paling.

Jadi basah lantai tepat depat mbah Kyai Tamyiz.

Oleh mbah Kyai Tamyiz malah dikusar-kusarke dengan kakinya.

Kemudian aku buka kelambu makamnya, yang berwarna hijau berpadu kuning emas.

Jeruji besi dengan warna putih dan makam keramik putih.

Nampak bunga bertebaran pun yang dirangkai, dari yang masih segar dan sudah layu kecokelatan.

Aroma bunga melati, bunga kenanga dan bunga kantil semerbak saat aku buka klambu gorden.

Masih sambil berdiri kami salam dengan bacaan salamnya dipimpin oleh mbah Kyai Tamyiz.

Belum sampai selesai salam, malah aku kentut, kecil tidak bunyi, kalau ditahan malah tidak nyaman, lepaskan saja.

Aku keluar dari makam untuk ke sumber air.

Aku bisikin ke dek Eko "aku wudhu seg", dan jalan keluar dari jamaah.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun