Aku paksakan malah tumpah, tapi tidak banyak cuman tiga teguk paling.
Jadi basah lantai tepat depat mbah Kyai Tamyiz.
Oleh mbah Kyai Tamyiz malah dikusar-kusarke dengan kakinya.
Kemudian aku buka kelambu makamnya, yang berwarna hijau berpadu kuning emas.
Jeruji besi dengan warna putih dan makam keramik putih.
Nampak bunga bertebaran pun yang dirangkai, dari yang masih segar dan sudah layu kecokelatan.
Aroma bunga melati, bunga kenanga dan bunga kantil semerbak saat aku buka klambu gorden.
Masih sambil berdiri kami salam dengan bacaan salamnya dipimpin oleh mbah Kyai Tamyiz.
Belum sampai selesai salam, malah aku kentut, kecil tidak bunyi, kalau ditahan malah tidak nyaman, lepaskan saja.
Aku keluar dari makam untuk ke sumber air.
Aku bisikin ke dek Eko "aku wudhu seg", dan jalan keluar dari jamaah.