Kiki dan Kia memang selalu diperlakukan sama oleh mamanya. Sehingga lama-lama kedua anaknya itu juga menganggap dirinya sama. Saat Kiki menyukai sinetron di RCTI maka Kia juga berusaha menyukai sinetron itu. Saat Kiki menyuka acara "tahan tawa", Kia terpaksa harus menyukai juga.
Pokoknya harus sama. Dan Rizkia yang katanya adik Kiki karena lahirnya beda lima menit itu harus menderita. Kia harus merelakan diri untuk selalu menyamakan apa yang disukai Kiki. Karena Rizkia tak ingin melukai hati mamanya.
"Kia, pakai baju yang pink!" suruh Mama saat melihat Kia memakai baju biru kesukaannya.
"Tapi Kia suka yang ini," rajuk Kia.
"Besok saja pakai baju itu, sekarang pakai yang pink dulu," kata Mama yang tak mungkin dibantah lagi.
Meskipun agak marah, Kia akhirnya memakai baju yang sama dengan Kiki.
***
Hingga kini. Hingga sekolah di SMP. Sudah kelas delapan pula. Mereka masih dipaksa harus selalu sama. Hanya dengan alasan usang. Karena mereka berdua kembar.Â
Hingga sedikit demi sedikit muncul keinginan Kia. Keinginan untuk menjadi diri sendiri. Keinginan yang semakin kuat saat masuk SMP. Rizkia merasa ingin bebas. Bebas menentukan apa yang menjadi kesukaannya. Menjadi diri sendiri.Â
Rizkia bukan Kiki. Rizkia merasa dirinya sebagai Rizkia. Yang tak menyukai buku. Yang lebih menyukai olahraga. Kalau melihat bola basket, Kia pasti sudah geregetan ingin memainkannya. Kia memang dapat dikatakan sebagai penggila basket. Alias basket mania.
"Besok kita ke Gramedia, Ma," ajak Kiki.