"Aku tidak ingin membahas itu, tapi tentang perkataanmu tadi."
"Tadi? Yang mana?"
"Perkataanmu kalau bunga bleeding heart itu bukan bunga kesukaannya nenek tapi luka bagi nenek."Â
Mira tersedak, dia cepat menyambar gelas air yang ada di meja lantas meminumnya. "Lupakan saja perkataanku yang itu, Yon. Tidak penting."
"Tapi aku ingin tahu, apa maksud kata-katamu tadi."
"Lupakan saja, Rion. Sudah lah, aku ingin pulang dulu. Bye, sampai jumpa besok di kampus." Mira bergegas meraih tasnya, melambaikan tangan dan pergi.
***
Esok hari, di kampus.
Pukul delapan lewat tiga puluh, masih satu jam lagi aku masuk kelas, tapi tadi aku memutuskan berangkat lebih awal, sengaja ingin bertanya tentang bunga itu lagi ke Mira.Â
Aku duduk di kursi dekat pintu ruang kelasnya Mira agar nanti ketika kelasnya selesai aku bisa langsung menemuinya dan bicara dengannya.
Lima menit, pintu ruang kelas itu terbuka. Eh, kelasnya sudah selesai? Bukankah masih lima belas menit lagi baru selesai? Dosen mata kuliah Bahasa Inggris di program studi-ku keluar dari pintu itu--entah di program studinya Mira dia mengampu mata kuliah apa, dan tidak lama mahasiswa di dalamnya beranjak keluar, termasuk Mira. Hei! Dia berjalan beriringan dengan....