Aku mematung, apa... apa maksudnya.
"Aku juga mencintaimu, Rion. Sangat mencintaimu. Yeah, meski kau itu sangat menyebalkan. Tapi, aku menyukai itu. Pertengkaran kita, kebersamaan kita, aku menyukainya."
"Lalu kenapa kau menerima lamaran itu."
"Rion, kau memang polos sekali. Itu rencanaku dan Dewa, sebenarnya itu juga saran darinya. Karena kau tidak juga menyatakan cintamu padaku."
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Sebenarnya sih aku juga tidak akan tahu kalau aku mencintaimu, jika kamu tidak menerima lamaran palsu itu."
Mira tertawa pelan.Â
"Jadi, apakah pernikahannya akan tetap dilangsungkan setelah wisuda, nyonya Mira? Eh, maksudnya pernikahan Rion dan Mira, bukan Dewa dan Mira"
Mira tertawa, "Hei, kau bahkan belum bilang ke nenek."
Aku menepuk dahi, astaga benar juga.Â
"Kalau begitu, aku akan mengatakan sepulang ini."
Mira mengangguk, setuju.