Judul: Bleeding Heart
"Arghhhhh!!!" Mira berteriak, suaranya keluar bagai petir di siang bolong mengejutkan banyak orang, termasuk aku yang berada di sampingnya.
"Ini semua menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan sekali." Mira meraih apa pun di sekitarnya lantas melemparkannya sembarangan.Â
"Dasar laki-laki menyebalkan, rasanya ingin ku remas-remas dia hingga menjadi debu." Mira menarik kasar dedaunan di sampingnya lantas meremas-remasnya seolah-olah daun-daun itu adalah seseorang yang sedang diomelinya.
Daun-daun di tangannya hancur seperti tergilas mesin penghancur, dan sekali lagi tangannya siap mencari mangsa selanjutnya. Sudut matanya melirik ke arah pot bunga cantik milik nenek. Mira melangkah ingin mengambil pot bunga itu, dan mungkin akan dilemparkannya seperti benda-benda yang lain.
Aku cepat memotong gerakannya, tidak akan kubiarkan bunga kesayangan nenek hancur begitu saja hanya karena sikap kekanak-kanakannya.
Mira melotot ke arahku. Aku menggeleng, berusaha bilang jangan. Tapi Mira menepis tubuhku hingga terdorong ke samping, dia tetap melangkah menuju bunga ini.
Aku melangkah cepat, berusaha tiba di depan pot bunga itu sebelum Mira.
"Minggir, Rion." Sekali lagi Mira menepis tubuhku.
"Mir, itu bunga kesayangan nenek. Jangan coba-coba kau rusak atau kau akan kena omel lebih dari sebulan."
Mira mendengus, tetap menghampiri bunga itu.