"Ah sudahlah. Mungkin ini karena efek latihan untuk menyambut perayaan Pujawali Pura Ratu Gede Sambangan yang makin dekat. Mungkin aku berlatih terlalu keras." gumamnya menepis pikirannya yang kalut.
Malam hari sepulang dari latihan, Anak Agung Oka beranjak tidur lebih awal. Setelah ia membawa segelas air dari dapur dan meminumnya. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang. Antara sadar dan tidak sadar. Dalam keadaan mata setengah terpejam karena kelelahan dan tidak bisa tidur, ia mendapati barang -- barang didalam kamarnya beterbangan keatas. Gelas yang baru saja diminumnya ikut terbang. Air didalamnya tumpah. Namun kali ini tidak tumpah kebawah. Air itu tumpah keatas dengan pelan seolah -- olah langit memiliki gaya gravitasi yang kuat daripada bumi.
Mata Anak Agung Baskara membelalak. Ia mendapati dirinya telah berada di dunia lain. Sesosok wanita yang sering mendatanginya dalam mimpi kini berdiri didepannya. Memeluknya tanpa mengeluarkan kata -- kata.
Siluet mimpi berganti. Tiba -- tiba wanita dalam pelukannya menghilang. AnakAgung Baskara mengalami sebuah kejadian bencana tanah longsor. Seorang wanita tergulung -- gulung didalam arus tanah yang mengalir cepat. Anak Agung Baskara berusaha menolong wanita itu. Dengan kaki tersandung -- sandung, ia berlari mengejar wanita itu. Hingga akhirnya Anak Agung Oka jatuh terjerembab.
"Cepat atau lambat kamu akan mengerti." sebuah suara seorang wanita menggema memenuhi telinga Anak Agung Baskara.
Dalam sekejap wanita itu hilang digulung oleh arus tanah yang mengalir makin cepat.
"Bli... Bangun. Hari sudah pagi. Waktunya kau berangkat bekerja." suara parau Dewi Kenanga membangunkan Anak Agung Baskara.
"Jam berapa sekarang Biyang?"
"Jam lima Bli."
"Oh..." balas Anak Agung Baskara sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ia masih memikirkan mimpi yang baru saja dialaminya itu.
***