"Iya Biyang. Sehabis aku latihan dari sanggar." balas Anak Agung Oka. Sesaat kemudian terdengar bunyi motor meninggalkan rumah kecil Dewi Kenanga.
Motor itu melaju memecah jalanan Kota Buleleng. Sore itu nampak sepi. Kesibukan Anak Agung Oka selepas pulang kerja adalah berlatih tari topeng wayang wong di sebuah sanggar tidak jauh dari rumahnya. Namun kali ini ia memutuskan untuk tidak mengikuti latihan. Pikirannya sedang kalut. Ia mengarahkan laju motornya menuju Pura Ratu Gede Sambangan. Ia ingin menyendiri disana untuk sesaat.
Setelah memarkir motornya, Anak Agung Oka berjalan menyusuri lereng bukit diatas pura. Pemandangan bukit itu sangat indah. Berkali -- kali ia memandangi langit yang mulai memerah. Hingga ia terjatuh karena tersandung sesuatu.
Anak Agung Oka masih memegangi jari kaki kanannya yang terlihat memerah. Ia sedikit meringis menahan sakit. Nampaknya ia baru saja tersandung sesuatu yang cukup keras.
"Apa itu...?" ucapnya setelah menatap sebuah benda cekung menyembul dari dalam tanah tepat dihadapannya.
Karena penasaran dengan benda yang membuatnya kesakitan, ia menggali tanah disekitar benda itu. Hingga akhirnya ia mendapatkan benda itu dalam genggamannya.
"Topeng?" gumamnya.
Malam harinya...
Dewi Kenanga menemani putra semata wayangnya untuk makan malam. Ia sangat bahagia melihat putranya itu. kehidupan mereka kini telah berubah drastis semenjak di Buleleng.
"Terimakasih atas masakannya Biyang, enak sekali."
"Iya Bli. Habiskan semuanya."