Di tempat kerjanya, Anak Agung Oka tidak bisa berkonsentrasi mematri logam. Kepalanya masih terasa berat. Patung -- patung perak pesanan pelanggan tidak bisa ia selesaikan sesuai target. Pikirannya makin kalut. Kejadian penemuan patung, ucapan pelatih tarinya hingga munculnya wanita dalam mimpi bercampur aduk memenuhi ruang pikirannya. Hingga lamunannya tersadar saat sebuah suara seorang wanita memanggil namanya.
"Bli Agung..."
Seorang wanita cantik muncul dari balik pintu yang mengeluarkan bunyi denting lonceng saat dibuka.
Setelah mereka berdua bercakap -- cakap sebentar, Anak Agung Baskara mengajak wanita itu mampir ke sebuah rumah makan di daerah Buleleng. Ayu Aryani. Wanita berusia tiga puluh tiga tahun yang telah menjadi pelanggan Galeri Seni milik Anak Agung Oka. Ia memutuskan untuk menutup Galeri seni miliknya lebih awal dari biasanya. Rasa pusing di kepalanya memaksanya untuk makan sesuatu sebagai pengisi perutnya yang sedikit terasa perih.
"Kali ini saya ingin memesan beberapa patung perak lagi. Permintaan pelanggan lumayan banyak di Jakarta." ucap wanita itu dengan anggun.
Mata Anak Agung Oka menatap dalam ke mata Ayu Aryani. Sebuah rasa yang lama ia simpan, kini ia sampaikan kepada Ayu Aryani lewat pandangan matanya sambil mendengarkan penjelasan wanita itu baik - baik.
Hubungan diantara mereka berjalan cukup lama. Bahkan sebelum Anak Agung Oka pindah ke Buleleng. Hubungan antara penjual dan pelanggan yang berubah menjadi rasa cinta diantara keduanya.
"Aku sengaja mencari informasi tentang Galeri Seni milikmu setelah kau menutup galeri senimu yang ada di Tabanan. Untung saja ada kolegaku yang mengetahui keberadaanmu di Buleleng." ucap Ayu Aryani sambil menyuapkan satu sendok nasi kari ke mulutnya.
"Bukannya aku sudah memberikan nomor ponselku padamu?"
"Sebulan lalu ponselku hilang. Aku kehilangan semua kontak ponselku."
"Oh..."