"Boleh juga, apalagi kita akan mementaskan Tari Topeng Wayang Wong untuk acara Pujawali di Pura Ratu Gede Sambangan." sambung Anak Agung Oka sambil memeluk wanita yang sangat ia cintai itu.
Tepat pada acara Pujawali di Pura Ratu Gede Sambangan, mereka membawakan Tari Topeng Wayang Wong dengan sempurna. Kisah Rama dan Sinta yang mereka pentaskan berhasil memukai penonton.
Setelah pementasan tari wayang wong itu, Anak Agung Oka menyatakan rasa cintanya kepada Ayu Candrakasih.
"Aku mencintaimu Ayu."
"Aku juga sangat mencintaimu Bli. Kau adalah hal terindah yang kupunya." balas Ayu Candrakasih sambil memeluk lelaki pujaannya itu.
***
Dewa Brahma seakan menurunkan kecerdasan kepada Anak Agung Baskara. Ia mengamati baik -- baik topeng kayu pemberian Dewi Kenanga ibunya. Sebuah kalimat dalam huruf Kawi terukir dibalik topeng itu. Ia menuliskan huruf Kawi itu diatas selembar kertas. Kayu cendana berkualitas bagus telah mengabadikan ukiran nama itu. Meskipun telah berusia puluhan tahun, topeng itu masih terlihat seperti aslinya. Tidak rusak dimakan waktu.
Keesokan harinya, Anak Agung Baskara pergi mengunjungi perpustakaan daerah Buleleng. Ia mencari arsip tentang sejarah Buleleng. Membaca lontar kuno berhuruf Kawi. Dengan bantuan kamus huruf Kawi, ia tidak merasa kesulitan menerjemahkan huruf demi huruf yang tertera diatas kertas putih yang ia bawa. Cukup lama Anak Agung Baskara menerjemahkan huruf Kawi itu. Setelah beberapa kali membuka kamus dan mencari data dari berbagai sumber di internet. Ia berhasil memecahkannya.
"Anak Agung Oka..." gumamnya.
***
"Bli... Sudah makan belum?" tanya Dewi Kenanga dari dalam dapur. "Ini biyang buatkan Blayag dan Sudang Lepet kesukaanmu. Cepatlah makan."