Berikut adalah hasil analisis terhadap puisi Tri Budhi Sastrio berjudul Mengampuni itu Indah dan Mudah. Pada puisi tersebut ditemukan penggunaan onomatope sebagai berikut.
(1) Lalu lidah pun ikut mendesah-desah, dan hati gelisah, (hlm. 151, larik ke-17)
Kalimat (1) menggunakan tiruan bunyi lidah yang mendesah-desah.
Pada puisi Tri Budhi Sastrio yang berjudul Ilusi Korupsi dan Remisi dan Merdeka (Ber)Korupsi tidak ditemukan penggunaan onomatope.
b) Metafora Bunyi, adalah bunyi untuk mengiaskan bunyi yang sesungguhnya (Pradopo, 1997: 61).
Pada puisi Tri Budhi Sastrio yang berjudul Mengampuni itu Indah dan Mudah tidak ditemukan penggunaan metafora bunyi.
Berikut adalah hasil analisis terhadap puisi Tri Budhi Sastrio berjudul Ilusi Korupsi dan Remisi. Pada puisi tersebut ditemukan penggunaan metafora bunyi sebagai berikut.
(1) Boleh menerima remisi, tapi pelaku korupsi, hi … hi … hi (hlm. 174, larik ke-14)
Kalimat (1) menggunakan kiasan bunyi tawa hi … hi … hi yang biasa dilakukan oleh seseorang.
Berikut adalah hasil analisis terhadap puisi Tri Budhi Sastrio berjudul Merdeka (Ber)Korupsi. Pada puisi tersebut ditemukan penggunaan metafora bunyi sebagai berikut.
(2) Yang penting, ha … ha … ha … semua orang dibuat senang (hlm. 195, larik ke-19)