(3) Bahkan hal pribadi berkaitan dengan guling dan bantal (hlm. 174, larik ke-3)
(4) Yang tidak pantas dibicarakan ke atas pentas nasional (hlm. 174, larik ke-6)
Kalimat (3) menggunakan kata-kata konotasi guling dan bantal yang berarti sesuatu yang bersifat pribadi yang orang lain tidak perlu tahu. Kalimat (4) menggunakan kata-kata konotasi pentas nasional yang berarti khalayak umum.
Berikut adalah hasil analisis terhadap puisi Tri Budhi Sastrio berjudul Merdeka (Ber)Korupsi. Pada puisi tersebut ditemukan penggunaan kata konotasi sebagai berikut.
(5) Ia tokoh terkenal yang telah mengarungi ombak dan karang (hlm. 195, larik ke-3)
(6) Melahap timbunan uang negara secara sewenang-wenang (hlm. 196, larik ke-42)
Kalimat (5) menggunakan kata-kata konotasi mengarungi ombak dan karang yang berarti memiliki banyak pengalaman. Kalimat (6) menggunakan kata-kata konotasi melahap timbunan uang negara yang berarti menyalahgunakan uang negara dalam jumlah besar.
Sebenarnya pada ketiga puisi Tri Budhi Sastrio tersebut juga ditemukan beberapa penggunaan kata konotasi lainnya. Akan tetapi, peneliti tidak menyajikan semua. Peneliti hanya mencantumkan beberapa contoh kalimat yang menggunakan kata konotasi di ketiga puisi tersebut.
Berdasarkan hasil analisis pada tiga puisi karya Tri Budhi Sastrio yang berjudul Mengampuni itu Indah dan Mudah, Ilusi Korupsi dan Remisi, serta Merdeka (Ber)Korupsi diperoleh simpulan bahwa ketiga puisi tersebut memiliki ragam bunyi yang bervariasi dan mengandung makna yang mendalam sehingga mampu menciptakan nilai-nilai estetis. Ragam bunyi yang terdapat pada tiga puisi karya Tri Budhi Sastrio terdiri dari gaya ulangan bunyi yang meliputi aliterasi, asonansi, sajak awal, sajak akhir, sajak tengah, dan sajak dalam.Â
Selain itu, ditemukan gaya kiasan bunyi yang meliputi onomatope, metafora bunyi, dan simbolik bunyi. Orkestrasi bunyi juga ditemukan pada tiga puisi tersebut yang meliputi efoni dan kakofoni. Untuk irama hanya ditemukan ritme pada tiga puisi tersebut, sedangkan metrum tidak ditemukan.Â
Sementara itu, dari hasil analisis makna menggunakan teori semiotika Roland Barthes disimpulkan bahwa tiga puisi karya Tri Budhi Sastrio tersebut mengandung makna denotasi dan makna konotasi. Bunyi dan makna memang merupakan unsur penting dalam karya sastra khususnya pada puisi. Melalui penggunaan bunyi, kata denotasi, dan kata konotasi, pengarang mampu memberikan penekanan terhadap sesuatu hal yang ingin disampaikan. Selain itu, juga untuk memperkuat kesan pembaca, menghidupkan imajinasi, sekaligus untuk memberi nilai estetis.