"Ini kampus tertua di Indonesia, cikal bakal pergerakan nasional. Juga rumah sakitnya," jelas Syafri. "Dulu namanya CBZ. Sejak awal bersatu dengan Stovia sebagai tempat praktik anak-anak kedokteran."
"Kalau Akang dulu kuliahnya?"
"Aku kuliahnya  kadang di Merdeka Selatan, kadang di Jalan Diponegoro. Dengar-dengar nanti Fakultas Sastra di Rawamangun."
Mereka memasuki gedung kedokteran. Â Salah seorang dokter mengenali Syafri. Badannya gemuk.
"Bang Thamrin?"
"Syafri, lama tak jumpa,ini siapa?"
"Istriku Widy!"
Dia baru pulang praktik.  Mereka minum kopi di kantin kampus dan mengobrol soal nostalgia waktu plonco. Malah kemudian Thamrin mengantar mereka ke kost. "Aku mau menikah habis lebaran, sama  Nur Aisyah, adik kelasmu itu?"
"Selamat ya! Aku di Bandung bersama Widy. Dia malah mau kuliah di Unpad?"
"Oh, ya, begitu harusnya perempuan maju walau sudah berumah tangga. Kamu manfaatkan itu Widy, suamimu memberi kesempatan. Aku malah menunggu istriku lulus sarjana dulu."
Oto sedan Thamrin kemudian meninggalkan mereka di pintu rumah kost. Â Dia bahkan memberikan alamatnya pada Syafri. "Kalau butuh sesuatu di Jakarta hubungi aku?"