Tak lama kemudian pasangan itu sudah naik becak ke arah Gondangdia. Â Berapa warga Cikini mengawasi mereka. "Suami-istri itu kayak orang belum pernah pacaran saja? Pegang-pegangan?" ucap seorang pemuda bernama Otong. "Makanya waktu pacarana pegang-pegangan!"
"Luh  mau begitu!  Luh mau pegang-pegangan dulu sebelum menikah, cium-cium, lalu pas sudah menikah malah menjauh, kemudian cari istri lain? Gue kemplang luh, Tong!" kata seorang tua.
"Anak muda kan Be! Kemarin gue jalan sama die?"
'He yang luh makusd, Nisa anak  Manggarai itu nggak luh apa-apain, kan?" sindir Yuni. "Nggak  luh pegang-pegang atau baru pegang-pegangan?"
Otong hanya bisa nyengir melihat Babenya melotot. "Nisa, anaknya Haji Yusuf, Teman Gue Tuh! Luh kenalan di kondangan Haji  Bahri kan?"
"Kan kayak di pilem-pilem Be?"
Yuni Rahmi berbisik pada laki-laki tua itu. "Itu yang aku takutkan kalau anak tanggung dilepas nonton fim Barat yang ada adegan orang pacaran."
"Pilem, pilem,  Luh, selesain sekolah luh dulu. Belajar yang baek! Lagian Nisa masih SMP.  Luh juga belum kerja tetap! Kalau sudah kerja baru luh mikir macem-macem.  Tapi  tungguin Nisa selesai sekolah dulu!"
Bu Yuni kemudian masuk ke rumahnya, diikuti orang-orang yang tadinya menonton.
Warung Soto Haji Mar'uf ke Metropole, 1957
Â