Syafri yang takut. Â Widy justru tidak ada takut-takutnya. Â "Aku tidak salah memilih kamu!"
Syafri bersyukur. Takhesi Simura  memodifikasi motor ini tidak murahan. Bahkan terasa seperti baru.  Hingga dia bisa menjaga jarak untuk tidak ditembak. Tetapi sebuah motor hampir menyusul. Untungnya kehabisan peluru. Â
Ketika sudah disamping Widy, perempuan itu membuka termosnya dan menyiram isinya ke muka pengendara motor itu  hingga  pengendaranya kehilangan keseimbangan karena terkejut lalu menabrak tebing.  Widy kemudian dia melambaikan tangannya kepada dia, yang mencoba bangkit. Tetapi kakinya sakit.
Tetapi  tiga motor lagi.  Mereka bersenjata api.  Tampaknya mereka marah.Â
"Gerombolan itu memperhitungkan segala sesuatunya!"
"Maaf ya Etek, telur baladonya.  Widy mengambil dua telor penuh cabai  dan melemparnya ke motor yang terdekat. Kena stang. Tidak kena muka, tetapi kedua  telur dan cabai pecah kecipratan mata si pegendara hingga oleng dan masuk jurang  bergulingan.
"Seperti di film yang pernah aku tonton."
Dari arah depan muncul motor gandeng juga pengendaranya ternyata letnan Harland dan Daus, mereka melambaikan tangan pada Syafri dan Widy. "Memangnya kalian saja yang punya!"
"Ya, mereka lagi, mereka lagi! Padahal sudah seru nih!" Â ucap Widy.
Letnan Herland dan Daus steling dan menembak membalas tembakan salah seorang pengendara motor yang kena di dada dan tergeletak. Yang satu lagi kabur. Syafri dan Widy bukannya lari, malah ikut menyaksikan.
Widy bertepuk tangan. Â Dia kemudian memeriksa rantang. "Ya, telurnya tinggal dua. Sayur asamnya juga tinggal setengah, tumpah waktu kejar-kejaran!"