Syafri kemudian mengajak Widy meneruskan perjalanan ke Cikampek. Â Mereka menelusuri pertokoan. Â "Aku cari kontak aku di sini sesuai petunjuk Kang Jaka."
Dia memperlambat motornya dan kemudian menemukan sebuah toko beras yang besar.
"Itu dia toko Beras Nomor 57. Â Katanya ada informan yang memberitahu kita soal spekulan beras. Namanya A Ko."
Yang disebut A Ko melihat Syafri memparkir motornya.  Dia seorang pria berusia  35 tahun.  "Haiya, kamu Syafri kan?"
"Kang Jaka sudah kasih tahu kan?"
"Aku yang memplonco kamu. Â Cepat masuk, ini siapa?"
"Istriku Widy!  Dahlan  cepat kemari, wartawan itu  sudah datang. Kamu kasih tahu di mana penimbunan beras yang bikin repot kita punya dagang. Yang menimbun siapa, yang kena kena geledah toko kita terus!"
"Siap Koh!" Â Yang disebut Dahlan masuk. Dia datang bersama perempuan. Â Keduanya terkejut. "Lah, ini Syafri anak Sastra kan?"
Syafri berdiri. Itu Dahlan anak Fakultas  Sastra dan yang perempuan adalah Farah. Mereka rupanya menikah lari dan bersembunyi di sin.
"Ini istriku, Widy," Syafri memperkenalkan Widy yang terperanjat atas kebetulan ini.
"Farah!" Perempuan itu mengulurkan tangannya menjabat Widy.