Ketika pemerintah mencabut subsidi minyak goreng, harga minyak goreng naik, harga yang lain ikut-ikutan naik. Sempat terjadi, kelangkaan minyak goreng. tentu  sangat ironi di negeri yang kaya akan perkebunan sawit dan negeri  penuh pujian dengan tembang  rayuan pulau kelapa,  seakan kalah  tenggelam oleh ulah  spekulan pemodal dengan permainan politik tingkat tinggi. Â
Namun,  kenapa kita tidak bisa  memenuhi minyak goreng dari minyak kelapa?  sebuah pertanyaan menarik yang tak mudah untuk dijawab.  Jawabannya, bisa jadi minyak kelapa tak dikemas dalam teknologi modern, karena  beberapa alasan minyak sawitlah yang diutamakan karena produksinya melimpah,  dan produksi tradisional minyak kelapa menguap, mungkin karena tanpa sentuhan teknologi, sehingga mudah tengik, dan keterbatasan bahan baku  sehingga kelapa memasuki zona baru, yakni dijual dalam bentuk  santan, VCO dan lain-lain.
Kisah Minyak KelapaÂ
Di keluarga saya, memang ibu dan bibi sekitar tahun 1960 an  hingga tahun 1980-an masih memperoduksi minyak kelapa, untuk memenuhi kebutuhan memasak di dapur.  Â
Ini adalah gambaran keluarga tradisional di Bali saat itu, secara ekonomi memang mandiri namun sederhana. Tidak pernah pusing memikirkan harga minyak goreng naik,
Minyak kelapa yang diperoleh itu, sebagian di jual. hasil samping selain minyak bungkil kelapa , untuk  makanan ternak, sehingga keluarga  memiliki peternakan babi, sebagai menampung sampah organik, air perasan beras, serta sisa pengelohan kelapa.Â
Blondo ini di rumah saya disebut telengis (tain lengis), diolah menjadi pepes, bisa  dengan teri atau pindang serta daun kelor, atau bumbu tambah blondo dibungkus, lalu dipanggang.Â
Pepesan ini  menjadi lauk . santapan nasi, yang dikenal dengan nama pesan (pepesan celengis). Ketika saya SD kelas 2 saya diminta memasarkan pepesan itu, dan bibi biasanya memberikan saya ongkos beberapa rupiah untuk bekal sekolah.
Tradisi memproduksi minyak kelapa sedikit-demi sedikit tergerus karena biaya produksi dengan hasil yang didapat tidak sebanding, budaya menggoreng ikan juga berubah dengan menggunakan minyak sawit.Â
 Perlu diketahui bahwa minyak kelapa (Inggris: coconut oil) adalah minyak nabati yang diekstrak dari daging buah kelapa (spesies: Cocos nucifera). Berdasarkan teknik ekstraksinya, minyak kelapa bisa dikelompokkan atas tiga jenis: Minyak Kelapa Virgin (Virgin Coconut Oil - VCO), Minyak Kelapa Non-RBD, dan Minyak Kelapa RBD (Refine, Bleach, Deodorize).
Namun demikian minyak kelapa murni adalah zat yang berguna dalam kehidupan kita sehari-hari. Kandungan minyak
pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30-35%, atau kandungan minyak dalam kopra mencapai 63-72%. Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh.Â
Selain itu minyak kelapa yang belum dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak seperti fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (< 5%) dan sedikit protein dan karoten.
Selain itu, Â sterol berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak dan tokoferol sebagai antioksidan (Ketaren, 1986). Setiap minyak nabati memiliki sifat dan ciri tersendiri yang sangat ditentukan oleh struktur asam lemak pada rangkaian trigliseridanya .
Salah satu komponen minyak kelapa yang penting adalah . asam laurat yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Asam laurat merupakan sumber utama untuk meningkatkan produksi ASI bagi ibu menyusui.Â
Asam laurat yang terkandung dalam ASI ini dapat membantu si kecil untuk melawan infeksi dan meningkatkan imunitas sehingga terhindar dari terserang berbagai penyakit.
Oleh karena itu, industri saat ini telah mengembangkan beberapa metode untuk mengekstraksi minyak dari buah kelapa.
Tulisan ini bertujuan untuk menyoroti beberapa proses ekstraksi yang umum digunakan dalam industri modern yang mencakup ekstraksi dingin, ekstraksi panas, ekstraksi tekanan rendah, metode pendinginan, pembekuan dan pencairan, fermentasi, sentrifugasi, ekstraksi enzimatik, dan karbon dioksida cairan superkritis.Â
Metode ekstraksi yang berbeda akan menghasilkan minyak kelapa dengan rendemen dan kemurnian asam laurat yang berbeda, sehingga memiliki kegunaan dan aplikasi yang berbeda.
Tantangan yang dihadapi oleh industri dalam mengekstraksi minyak kelapa menggunakan metode ekstraksi yang berbeda penting untuk dieksplorasi sehingga kemajuan teknologi ekstraksi minyak dapat dilakukan untuk pengolahan hilir yang efisien.
Ulasan ini  sangat penting karena  dapat  memberikan wawasan yang dapat meningkatkan produksi minyak kelapa dengan kandungan asam laurat yang tinggi.
Kelapa di  IndonesiaÂ
Dari laman wikipedia disebutkan bahwa kelapa dengan nama ilmiah Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae..
Arti kata kelapa (atau coconut, dalam bahasa Inggris) dapat merujuk pada keseluruhan pohon kelapa, biji, atau buah, yang secara botani adalah pohon berbuah, bukan pohon kacang-kacangan.Â
Istilah ini berasal dari kata Portugis dan Spanyol abad ke-16, coco yang berarti "kepala" atau "tengkorak" setelah tiga lekukan pada tempurung kelapa yang menyerupai fitur wajah.Â
Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.
Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa terluas di dunia dengan luas mencapai 3,86 juta ha atau 31,2 % dari total area kelapa dunia sekitar 12 juta ha.
Sekitar 98% dari total luas perkebunan kelapa di Indonesia merupakan perkebunan rakyat dan sisanya berupa perkebunan negara dan perkebunan swasta. Produktivitas kelapa di Indonesia rata-rata 1 ton kopra/ha/tahun atau 45.000 butir/ha/tahun (http://djpen.kemendag.go.id/Juli 2020).
 Menurut data statistik  tahun 2020,  Bali menghasilkan kelapa sebanyak 67202  ton, kabupaten yang paling banyak adalah kabupaten jembrana  sebanyak 16696  ton, diikuti oleh kabupaten  Tabanan sebanyak 15098  ton, dan Karang asem diposisi ketiga  sebanyak 14467  ton.Â
Kelapa di Bali  menjadi tanaman yang sangat menarik dan dibutuhkan selain pisang,  untuk menunjang tradisi budaya di bali, khususnya kelapa yang ukurannya kecil banyak digunakan sebagai bahan pokok untuk banten 'pejati dan daksina.
Daksina adalah satu tanding sesajen yang secara umum digunakan umat Hindu khusunya yang berasal dari Bali pada setiap pelaksanaan upacara agama. Daksina digunakan sebagai sarana persembahan pada pelaksanaan Panca Yajna, mulai dari matur piuning (sejenis pemberitahuan), memohon kesediaan sang pendeta/pinandita muput (sebagai pimpinan upacara agama), upacara inti, sampai pada penyimpenan/nyineb (upacara agama selesai dilaksanakan).
Daksina sangat penting artinya bagi umat Hindu, karena sarana Daksina mengandung arti suatu permohonan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi agar Beliau berkenan melimpahkan wara nugraha (rahmat) Nya, sehingga mendapat keselamatan dan panjang umur.
Banten pejati adalah nama Banten atau (upakara), sesajen yang sering dipergunakan sebagai sarana untuk mempermaklumkan tentang kesungguhan hati akan melaksanakan suatu upacara, dipersaksikan ke hadapan Hyang Widhi dan prabhavaNya. Dalam Lontar Tegesing Sarwa Banten.
KELAPA DAN VCO
Kelapa adalah salah satu tanaman pohon terpenting di wilayah tropis dunia yang mengamankan makanan dan tempat tinggal bagi jutaan orang. Pohon kelapa ditanam di lebih dari 93 negara di seluruh dunia di area seluas 11,95 juta hektar yang menghasilkan 57,510 juta buah kelapa setiap tahunnya.
Minyak kelapa murni (VCO) diperkenalkan ke dunia pada akhir abad kedua puluh. Itu dianggap sebagai nilai terbesar yang berasal dari kelapa segar. VCO menjadi salah satu produk kelapa bernilai tinggi yang paling menonjol di negara-negara penghasil kelapa karena keserbagunaannya.Â
VCO mendapatkan popularitas di seluruh dunia karena berbagai aplikasinya dalam pengobatan, makanan, kosmetik dan produk perawatan rambut. Â VCO adalah minyak jernih bernilai tinggi yang diperoleh dari inti kelapa segar yang matang melalui cara mekanis atau alami.Â
Berbagai metode telah digunakan untuk mengekstraksi minyak kelapa, tetapi metode mana pun yang telah digunakan tetap yang terbaik untuk menghindari minyak yang telah dimurnikan, diputihkan atau dihilangkan baunya. Hal ini karena ketika minyak kelapa menjalani proses tersebut, manfaat kesehatan, rasa dan aroma akan berkurang. Â
Karena VCO mengandung sejumlah besar senyawa bernilai tinggi, kepentingannya telah diberikan lebih banyak perhatian oleh industri selama bertahun-tahun.Â
Hal ini menghasilkan pengembangan berbagai proses ekstraksi, masing-masing dengan kelebihan dan keterbatasannya masing-masing. Oleh karena itu, sangat penting bagi industri untuk memilih proses ekstraksi yang paling sesuai untuk menghindari penguraian senyawa bernilai tinggi.
VCO diyakini memiliki kualitas medis, termasuk tetapi tidak terbatas pada antijamur, antioksidan, antibakteri, antivirus, hepatoprotektif, indeks glikemik rendah dan peningkatan sistem kekebalan tubuh .Â
Minyak kelapa mengandung 90-95% asam lemak jenuh . Tidak seperti asam lemak rantai panjang yang ditemukan dalam minyak nabati, asam lemak rantai menengah berukuran lebih kecil, memungkinkan permeabilitas sel yang lebih tinggi untuk konversi energi langsung daripada disimpan sebagai lemak.Â
Jika dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang yang terdapat pada minyak nabati, asam lemak rantai sedang juga lebih mudah dicerna dan sekaligus bersifat antimikroba dan antijamur.Â
VCO mengandung kalori 2,6% lebih sedikit dibandingkan dengan lemak lain karena memberikan berbagai manfaat kesehatan bagi tubuh manusia. Ini membantu dalam mengendalikan kadar gula darah karena mempertahankan aksi insulin dan resistensi insulin.Â
VCO juga membantu dalam mencegah penyakit hati dengan membalikkan hepatosteatosis yang merupakan jenis penyakit hati berlemak. Selain itu, minyak kelapa juga berperan penting dalam perawatan rambut dan produk kosmetik.
Jika dibandingkan dengan minyak mineral, ia menembus lebih baik ke rambut kering dan bersoda sehingga memberikan tampilan rambut yang lebih berkilau karena ukuran partikel VCO yang lebih kecil.Â
VCO ditemukan sebagai produk antioksidan kuat yang berfungsi untuk melawan radikal bebas dalam tubuh manusia karena membantu memperlambat proses penuaan.
Metode ekstraksi minyak tradisional yang paling populer adalah ekstraksi dingin dan proses ekstraksi panas. Tantangan yang dihadapi oleh kedua proses tersebut antara lain rendemen minyak yang rendah dan proses pemanasan pada teknik ekstraksi panas akan menyebabkan penurunan sifat antioksidan pada minyak. Sejak dekade terakhir, beberapa teknik ekstraksi telah diperkenalkan dengan tujuan untuk meningkatkan teknologi ekstraksi minyak kelapa.
SIFAT FISIKA MINYAK KELAPAÂ
Minyak kelapa adalah cairan tidak berwarna pada suhu 30C ke atas. Ini akan dipadatkan pada suhu 25 C. Minyak kelapa yang dipadatkan berwarna putih. Minyak kelapa mentah mencapai titik didihnya pada suhu 170 C sedangkan minyak kelapa murni mencapai titik didih  pada 232 C .Â
Minyak kelapa memiliki bau khas kelapa hanya jika tidak dimurnikan, dikelantang atau dihilangkan baunya. Minyak kelapa akan membentuk campuran homogen berwarna putih bila dicampur dengan air dan diaduk. Tanpa pengadukan, minyak kelapa tidak akan larut dalam air. Minyak kelapa memiliki massa jenis 924,27 kg/m3 .Â
Massa jenis minyak tergantung pada nilai penyabunan (berat molekul), nilai iodin (ketidakjenuhan), kadar asam lemak bebas, kadar air dan suhu. Kepadatan trigliserida dalam keadaan padat kira-kira 10% lebih besar daripada dalam keadaan cair. Namun, tidak ada data spesifik yang dilaporkan tentang panas spesifik minyak kelapa.Â
Diketahui bahwa ketika dalam keadaan padat, ada sedikit perubahan dalam panas spesifik karena berat molekul bervariasi. Dengan naiknya bilangan iod maka kalor jenis minyak kelapa juga akan meningkat. Sedangkan dalam keadaan cair, panas jenis meningkat sedikit dengan berat molekul tetapi menurun dengan nilai iod.Â
Minyak kelapa menunjukkan perilaku aliran cairan Newtonian sejati. Ketika mendekati titik leleh minyak kelapa, perilaku non-Newtonian dapat terjadi karena adanya kristal lemak. Viskositas meningkat dengan berat molekul, tetapi menurun dengan meningkatnya ketidakjenuhan dan suhu .
SIFAT KIMIA MINYAK KELAPAÂ
Komposisi utama dalam minyak kelapa adalah asam lemak jenuh yaitu sekitar 94%, dengan sekitar 62% asam lemak sedang. Minyak kelapa mengandung trigliserida terutama jenuh, dengan asam rantai menengah yang mendominasi laurat dan miristat. Â
Minyak trigliserida sebagian besar terdiri dari asam lemak C8 (kaprilat) dan C10 (kaprat) yang keduanya tergolong asam lemak rantai sedang, sedangkan asam lemak utama dalam minyak kelapa, asam laurat (C12), dapat diklasifikasikan sebagai baik asam lemak rantai sedang maupun asam lemak rantai panjang.Â
Dalam hal pencernaan, asam laurat berperilaku lebih seperti asam lemak rantai panjang karena sebagian besar (70-75%) diserap dengan kilomikron dibandingkan dengan 95% asam lemak rantai menengah diserap langsung ke vena portal.Â
Asam lemak rantai menengah adalah elektrolit lemah dan sangat terionisasi pada pH netral yang meningkatkan kelarutannya. Ini menandai perbedaan kelarutan yang terjadi pada panjang rantai C:10 dan kurang, yang tidak termasuk asam laurat.
Dalam sampel 100 g, terdapat 41,84 g asam lemak jenuh C12 (laurat), 16,65 g asam lemak jenuh C14 (miristik), 8,64 g asam lemak jenuh C16 (palmitat), 6,80 g lemak jenuh C8 (kaprilat). asam lemak jenuh dan 2,52 g asam lemak jenuh C18 (stearat).Â
Kadar air dalam minyak kelapa yang diekstraksi bervariasi dengan metode ekstraksi yang digunakan untuk mendapatkan minyak kelapa. Misalnya, minyak kelapa yang diperoleh dari kopra kelapa kering akan memiliki kadar air yang jauh lebih rendah daripada yang diperoleh dari kopra kelapa segar.Â
Minyak yang diekstraksi dengan metode yang melibatkan pemanasan juga akan memiliki kadar air lebih sedikit daripada yang tidak terkena panas. Di antara minyak nabati yang digunakan oleh konsumen, minyak kelapa lambat teroksidasi sehingga tahan terhadap ketengikan, sehingga memiliki umur simpan yang lebih lama.
NILAI GIZI MINYAK KELAPAÂ
Dari segi nilai gizi, minyak kelapa mengandung energi 892 kkal per 100 g, setara dengan 3730 kJ per 100 g. Sebanyak 99,06 g lemak ditemukan dalam sampel 100 g minyak kelapa. Minyak kelapa juga mengandung 1 mg kalsium, 0,05 mg zat besi, 0,02 mg seng dan 0,3 mg kolin. Dalam sampel 100 g, 0,11 mg vitamin E ditemukan [32].Â
Kalsium dibutuhkan manusia untuk tumbuh dan memelihara tulang dan gigi yang kuat. Zat besi sangat penting untuk pembentukan darah karena fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam sel darah merah, sedangkan seng sangat penting untuk sintesis dan stabilisasi enzim, protein dan materi genetik.Â
Kolin penting dalam hal transmisi impuls saraf karena terlibat dalam sintesis neurotransmiter. Vitamin E adalah antioksidan dan membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat
TEKNIK EKSTRAKSI
PROSES EKSTRAKSI DINGIN
Proses pembuatan minyak kelapa dengan ekstraksi dingin adalah proses dimana minyak kelapa diekstraksi dari santan tanpa melibatkan proses pemanasan untuk memecahkan emulsi. Kulit luar yang berserat dari kelapa yang sudah matang dihilangkan untuk mendapatkan daging kelapa putih di dalam buahnya.Â
Alasan mengapa kelapa tua lebih dipilih daripada kelapa muda karena kandungan minyak dalam buah akan meningkat saat buah matang. Padatan sisa di kantong mesh adalah serat kelapa yang dapat dikeringkan dan digunakan di banyak tempat lain. Â
Manfaat dari proses ini termasuk mengurangi biaya produksi karena tidak memerlukan pelarut dan proses pemurnian, seperti penghilang bau dan pemutihan.
 Ini juga menghasilkan pengurangan jumlah energi yang dibutuhkan sehingga membuat proses ini lebih ramah lingkungan. Selanjutnya, ketika minyak kelapa dimurnikan, fitonutrien dan polifenol di dalam minyak akan hilang.
Komponen-komponen ini berkontribusi pada banyak manfaat kesehatan, seperti pencegahan kanker dan sifat anti-inflamasi. Namun, kekurangan dari proses ekstraksi dingin ini adalah rendemen minyak kelapa akan lebih rendah dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Â
Karena kecenderungan tinggi minyak kelapa murni yang dipres dingin secara manual untuk melewatkan langkah pembunuhan, langkah tambahan diusulkan untuk diperkenalkan dalam proses ekstraksi pengepresan dingin.Â
Langkah ini adalah memanaskan minyak kelapa secara perlahan atau menggunakan sinar iradiasi Ultraviolet-C(UV-C) untuk membunuh Salmonella enterica yang ditemukan dalam minyak kelapa murni yang diekstraksi. Populasi linear logaritmik patogen ini telah menurun sebesar 2,07-2,39 log CFU/mL ketika minyak kelapa dipanaskan hingga 50-70 C.
 Setelah ini diikuti ekor inaktivasi dimana penurunan populasi mikroba minimal. Total sel yang tidak aktif berkisar antara 2,28 hingga 2,35 log CFU/mL dengan menggunakan metode ini saat sampel dirawat selama 2 menit hingga 100 menit.Â
Namun, dengan memasukkan panas ke dalam minyak kelapa, sifat antioksidan minyak kelapa akan berkurang, sehingga efek dari pengenalan sinar iradiasi UV-C diuji. Dengan memperkenalkan penyinaran UV-C pada 1,25-3,99 mW/cm2, perilaku serupa diamati.Â
Populasi mikroba menurun pada fase inaktivasi log-linear sebesar 2,59 log CFU/mL saat sampel terpapar iradiasi selama 0,33 menit dan 4 log CFU/mL saat sampel terpapar selama 1,2 menit.Â
Ketika sampel terpapar selama lebih dari 2 menit, total populasi yang tidak aktif mulai berkisar antara 2,68 hingga 4,17 log CFU/mL. Salmonella enterica tidak sepenuhnya dihilangkan dengan menggunakan metode ini namun hasil dari penelitian ini memberikan informasi dasar untuk memastikan keamanan minyak kelapa.
PROSES EKSTRAKSI PANAS
Proses pembuatan minyak kelapa dengan proses ekstraksi panas adalah proses ekstraksi yang melibatkan panas. Namun langkah pemanasan ini akan mengurangi sifat antioksidan dari minyak kelapa yang dihasilkan .Â
Proses ekstraksi panas adalah proses dimana panas digunakan untuk memecah emulsi antara molekul air dan minyak. Karena emulsi distabilkan oleh protein, proses pemanasan bertujuan untuk mendestabilisasi emulsi dengan mendenaturasi protein.Â
Ditemukan bahwa minyak kelapa murni yang diekstraksi dingin dan minyak kelapa murni yang diekstraksi panas dapat disimpan selama 12 bulan dengan persentase asam lemak tetap konstan.Â
Efek hipolipidemik minyak kelapa yang diekstraksi dengan menggunakan proses ekstraksi panas dan proses ekstraksi dingin dipelajari. Minyak kelapa yang diekstraksi dengan proses ekstraksi panas menunjukkan penurunan Low Density Lipoprotein Cholesterol yang lebih tinggi pada semua hasil yang diperoleh (yaitu, 10 hari, 20 hari, 30 hari) ketika diuji pada tikus albino Wistar jantan.Â
Minyak kelapa yang diekstraksi dengan proses ekstraksi panas juga menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi pada High Density Lipoprotein Cholesterol di semua hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan minyak kelapa yang diekstraksi dengan proses ekstraksi dingin.Â
Ketika diberi makan minyak kelapa murni yang diekstraksi panas, perubahan total kadar kolesterol tikus putih wistar albino jantan lebih menurun jika dibandingkan dengan minyak kelapa murni yang diekstraksi dingin.Â
Dalam versi yang diubah dari metode ini, sampel diperlakukan dengan sonikasi setelah pemanasan selama 30 menit pada 60 C. Frekuensi sonikasi yang digunakan adalah pada 2 MHz dan rapat energi 44--349 kJ/kg.Â
Hasil ekstraksi minyak kelapa meningkat sebesar 2,7% ketika sampel diperlakukan dengan sonikasi setelah menggunakan proses ekstraksi panas. Li et al., (2018) menyimpulkan bahwa langkah ekstra ini memiliki potensi tinggi untuk diperkenalkan dalam proses produksi industri skala besar karena peningkatan hasil akan menghemat banyak biaya produksi.
EKSTRAKSI DENGAN TEKANAN RENDAH
Teknik ekstraksi tekanan rendah dianggap sebagai teknologi segar-kering. Proses ini menggunakan prinsip ekstraksi minyak dengan memanfaatkan tekanan rendah sekitar 460 psi dan dengan kondisi kadar air biji/buah/kacang berkisar antara 10-13% Gambar 2 mencontohkan proses ekstraksi tekanan rendah. Hasil minyak kelapa murni dengan 92,54% diperoleh ketika waktu sentrifugasi diatur ke 60 menit dan kecepatan sentrifugasi diatur ke 2700 rpm. Â
Keuntungan dari metode ini antara lain produk sampingan dari proses ini, seperti tempurung kelapa dan sabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan bakar.Â
Juga, dengan mengubah jenis pengering yang digunakan, pabrikan dapat memutuskan apakah akan menggunakan proses berkelanjutan, yang merupakan proses yang relatif lebih cepat tetapi membutuhkan lebih banyak tenaga kerja atau menggunakan proses batch, yang merupakan proses yang relatif lebih lambat tetapi hanya membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja.Â
Kekurangan dari metode ini antara lain metode ini membutuhkan biaya modal yang lebih tinggi karena lebih banyak peralatan yang dibutuhkan dalam metode ini dibandingkan metode lainnya.
PROSES EKSTRAKSI DENGAN TEKNIK PENDINGINAN, PEMBEKUAN DAN PENCAIRAN YANG DIMODIFIKASI
Metode ini terdiri dari kombinasi beberapa metode pemisahan, seperti sentrifugasi dan pengepresan dingin. Itu memanfaatkan perbedaan titik beku komponen dalam santan untuk mengekstrak minyak kelapa dari santan.Â
Keuntungan dari metode ini termasuk tidak ada pemanasan di atas 40 C yang dimasukkan ke dalam minyak kelapa sehingga sifat antioksidan minyak kelapa tidak berkurang oleh panas. Santan disentrifugasi sebelum didinginkan dan dicairkan untuk memungkinkan pengemasan butiran minyak kelapa yang lebih baik.Â
Proses sentrifugasi membantu menghilangkan padatan yang tidak diinginkan, yang terutama terdiri dari karbohidrat, protein dan bahan berserat dari santan.Â
Selama proses thawing ini, molekul-molekul minyak menggumpal karena kehilangan bentuk sferisnya dan hal ini akan mengakibatkan terbentuknya butiran-butiran minyak yang besar dengan ukuran yang bervariasi.Â
Versi modifikasi dari proses ini, proses Robledano-Luzuriage, diketahui menerapkan metode ini untuk mengekstrak minyak kelapa . Protein dari susu skim juga diekstraksi untuk menghasilkan konsentrat protein dengan pemanasan, penyaringan dan pengeringan.Â
Dalam versi alternatif lain dari metode ini, santan pertama kali dihidrolisis oleh protease seabass yang dimurnikan sebagian sebelum mengalami perlakuan pendinginan atau pembekuan.Â
Diamati bahwa ketika proses dilakukan selama 150 menit pada 10 unit g-PPSP (yaitu, protease seabass yang dimurnikan sebagian), perolehan minyak tertinggi diperoleh.Â
Namun, dalam hal hasil tidak ada perbedaan yang signifikan antara hidrolisis dilakukan selama 60 menit dan 150 menit. Hal ini menunjukkan bahwa waktu hidrolisis 60 menit optimal untuk hidrolisis dalam hal hasil.Â
Setelah dilakukan lima siklus, rendemen minyak kelapa sebesar 91% untuk sampel yang mengalami hidrolisis dan 67,1% untuk sampel yang tidak mengalami hidrolisis.
Metode ini juga dapat dilakukan dengan mengganti tahap chilling dengan tahap pembekuan, memiliki kecenderungan yang sama, tetapi dengan hasil minyak yang lebih tinggi diamati jika dibandingkan dengan metode chill-thaw.Â
Perolehan minyak tertinggi diperoleh dengan menghidrolisis sampel selama 150 menit dan pada konsentrasi PPSP 10 g-1 protein. Setelah dilakukan lima siklus, rendemen minyak kelapa diamati sebesar 98,6% untuk sampel yang terhidrolisis dan 81,45% untuk sampel yang tidak terhidrolisis.Â
Kedua proses ini menunjukkan perbedaan rendemen virgin coconut oil dimana proses freeze-thawing menunjukkan rendemen yang lebih tinggi yang dapat mengakibatkan perbedaan mekanisme deemulsifikasi.
METODE FERMENTASI
FERMENTASI ALAMI /SPONTANÂ
Fermentasi alami adalah proses berbiaya rendah karena tidak melibatkan peralatan dan bahan mahal dalam metode ini. Namun, metode ini memakan waktu lama karena prosesnya melibatkan reaksi antara enzim dan krim.Â
Cara ini mengungguli cara-cara lain, seperti hampir tidak membutuhkan tenaga karena hanya perlu membiarkan santannya mengendap dengan sendirinya.Â
Ini juga membutuhkan jumlah panas yang minimal, sehingga melestarikan semua nutrisinya, seperti ketika metode ekstraksi dingin digunakan. Minyak kelapa yang dihasilkan dari metode ini juga mempertahankan rasa alami kelapa selama tidak difermentasi untuk waktu yang lama.Â
Namun metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengekstrak minyak kelapa karena perlu waktu berhari-hari. Mesin ekstraksi minyak kelapa otomatis yang menerapkan metode ekstraksi ini dirancang oleh Fabian pada tahun 2018.Â
Tanpa menggunakan mesin otomatis, persen perolehan minyak VCO maksimum adalah 88,35% dan hasil 30--31%. Namun dengan penggunaan Automatic Virgin Coconut Oil Extractor ini, perolehan minyaknya mencapai 89,84% dan rendemennya 31,27%.Â
Ekstraksi juga lebih disukai dilakukan di area dengan suhu 35--37 C dan memasukkan inti kelapa berkualitas baik ke dalam mesin untuk memastikan ekstraksi minyak kelapa yang lebih baik.
FERMENTASI YANG DIINDUKSI
Produksi minyak kelapa melalui metode fermentasi terinduksi adalah metode yang dilakukan dengan menambahkan mikroorganisme ke dalam santan untuk menginduksi pemisahan komponen minyak dan protein. Salah satu mikroorganisme yang digunakan untuk metode ekstraksi ini adalah Lactobacillus plantarum 1041 IAM.Â
Kultur bakteri mengubah pH campuran untuk mengacaukan emulsi santan. Kerugian dari metode ini antara lain penurunan kualitas minyak dan lamanya waktu yang digunakan untuk ekstraksi ini (1--2 hari).Â
Minyak yang dihasilkan dari metode ini akan berwarna kuning dan berbau fermentasi. Bau ini akan menutupi aroma alami kelapa dan disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam versi modifikasi dari metode ini, kultur murni Lactobacillus plantarum 1041 IAM juga digunakan.Â
Starter padat dibuat dengan menggunakan tiga jenis enzim, salah satunya Lactobacillus plantarum 1041 IAM. Enzim diinkubasi pada suhu ruang selama 4 hari pada 100 g beras kukus yang direndam dan dicampur dengan abu kayu 1% selama 24 jam.Â
Starter dikeringkan pada suhu 40 C selama 72 jam dan digiling. Starter padat 1% dicampur dengan krim kelapa dan diinkubasi pada suhu 43 C selama 10 hingga 15 jam.Â
Rendemen minyak kelapa yang diperoleh dengan menggunakan enzim ini ditemukan sebesar 21,5% (v/v), yang merupakan tertinggi kedua jika dibandingkan dengan dua enzim lain yang digunakan.
SENTRIFUGASI
Sentrifugasi merupakan suatu teknik yang dapat memisahkan partikel berdasarkan ukuran, bentuk, densitas, viskositas medium, dan kecepatan rotor masing-masing. Beberapa parameter untuk ekstraksi minyak kelapa dengan menggunakan metode sentrifugasi dipelajari termasuk waktu sentrifugasi, kecepatan dan suhu.Â
Yield minyak kelapa digunakan untuk optimasi parameter. Untuk kecepatan sentrifugasi, hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan maka rendemen minyak kelapa juga meningkat, mencapai 9,27% saat disentrifugasi selama 15 menit pada 12.000 rpm.Â
Sedangkan untuk waktu sentrifugasi, semakin lama sampel disentrifugasi maka rendemen minyak kelapa semakin tinggi. Pada 12.000 rpm, hasil meningkat dari 9,27% ketika sampel disentrifugasi selama 15 menit menjadi 13,53% ketika disentrifugasi selama 120 menit. Kedua parameter diuji pada suhu yang sama, yaitu pada suhu 40 C.Â
Saat suhu sentrifugasi diturunkan dari 40 menjadi 20 C, hasilnya menunjukkan tren penurunan. Pada 20 C, hasil minyak kelapa berada pada 3,1% saat disentrifugasi pada 12000 rpm.Â
Metode ini memberikan alternatif cara untuk mengekstrak minyak kelapa dalam waktu singkat jika dibandingkan dengan metode fermentasi serta memberikan rendemen minyak kelapa yang lebih tinggi.Â
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wong pada tahun 2010, kombinasi microwave dan sentrifugasi dapat digunakan untuk meningkatkan rendemen minyak kelapa yang diekstraksi.Â
Pada daya microwave 720 W dan kecepatan sentrifugasi 12.000 rpm dan waktu sentrifugasi 105 menit, rendemen minyak kelapa yang diekstraksi adalah 46,88%. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan penerapan microwave rendemen minyak kelapa yang diekstraksi dapat meningkat sebesar 9,58%.
EKSTRAKSI ENZIMATIK
Minyak kelapa dapat diekstraksi dengan menambahkan campuran beberapa jenis campuran enzim ke dalam santan. Campuran pertama meliputi Selula, Temramyl (endoamylase), Viscozyme L, neutrase dan alcalase (protease) ke dalam santan. Metode ini mampu mengekstraksi minyak kelapa berkualitas baik hingga rendemen 83%.
 Dengan menggunakan campuran enzim yang berbeda yaitu protease, -amilase, selulase, hemiselulosa dan pektinase dapat diperoleh rendemen yang berbeda yaitu 65,5%.Â
Dilaporkan juga bahwa dengan menggunakan campuran 2% hemiselulosa, pektinase, selulase dan gamanase, hasil minyak kelapa dapat mencapai 84% ketika campuran ini ditambahkan ke dalam inti kelapa kering. Campuran 1% (b/b) selulosa, -amilase, poligalakturonase dan protease pada suhu 60 C dan pH 7, rendemen minyak kelapa adalah 73,8% ketika campuran ditambahkan ke dalam parutan inti kelapa .Â
Dilaporkan juga bahwa ketika kernel kelapa kering pertama kali diperlakukan dengan selulase, kandungan serat dari kernel dapat dikurangi sebesar 62% dan ketika selulase ditambahkan ke dalam kernel kelapa segar, kandungan serat dapat berkurang sebesar 17% .Â
Hasil 80% minyak kelapa diperoleh ketika -amilase, poligalakturonase dan protease ditambahkan ke dalam pasta kelapa yang diencerkan bahkan tanpa melalui tahap pemurnian apapun .Â
Senphan dan Benjakul (2016) mengusulkan metode ekstraksi minyak kelapa dengan hanya menggunakan protease dari hepatopankreas udang vaname pada tahun 2016 . Jumlah ekstrak protease kasar yang digunakan dan waktu hidrolisis diuji dalam laporan ini.Â
Rendemen minyak kelapa hanya meningkat dalam enam jam pertama dan tidak menunjukkan peningkatan ketika waktu ekstraksi ditingkatkan. Efek oksidasi pada lipid yang diekstraksi dengan menggunakan metode ini juga dapat diabaikan.
Karbon dioksida superkritis
Zat yang berada pada kondisi super kritis adalah zat yang mengalami tekanan dan temperatur yang lebih tinggi dari titik kritisnya. Ketika zat berada dalam kondisi ini, zat tersebut akan menunjukkan sifat tertentu dan memiliki perilaku peralihan antara zat cair dan gas.Â
Misalnya, suatu zat dalam kondisi superkritis mungkin memiliki densitas dan difusivitas seperti cairan yang berada di antara cairan dan gas. Karbon dioksida adalah cairan superkritis yang paling banyak digunakan karena karbon dioksida berbiaya rendah sementara memiliki sifat kimia yang stabil, seperti inert secara kimia, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun.Â
Sifat fisik karbon dioksida juga merupakan alasan mengapa itu adalah cairan superkritis yang paling banyak digunakan, karena suhu kritis karbon dioksida adalah pada 31 C dan tekanan kritis karbon dioksida adalah pada 74 bar. Â
Daging kelapa terlebih dahulu diparut dan dikeringkan dengan penjemuran untuk menurunkan kadar air dari 50 menjadi 3%. Hal ini untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada capillary restriktor yang disebabkan oleh air yang membeku akibat efek Joule--Thomson pada katup ekspansi. Sampel mulai dari 0,424 hingga 1,5 mm diperoleh dengan pengayakan.Â
Proses ini merupakan proses semi-batch dengan aliran karbon dioksida yang terus menerus pada laju aliran 3 mL/menit. Bubuk kelapa dimasukkan ke dalam ekstraktor bersama dengan karbon dioksida.Â
Pengaruh suhu dan tekanan pada hasil minyak, aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik total dipelajari. Pada 24 MPa dan 65 C, hasil minyak adalah yang tertinggi.Â
Pada tekanan tinggi, kenaikan suhu akan mengakibatkan penurunan yield, yang disebabkan oleh hambatan perpindahan massa dalam matriks.Â
Untuk aktivitas antioksidan, aktivitas antioksidan tertinggi ditemukan pada saat proses ekstraksi dilakukan pada rentang tekanan 18--22 MPa dan pada suhu 40--55 C dimana suhu menunjukkan pengaruh yang lebih signifikan terhadap aktivitas antioksidan.Â
Karena kecenderungan antioksidan untuk teroksidasi pada suhu tinggi, ekstraksi suhu tinggi akan mengakibatkan penurunan aktivitas antioksidan.Â
Kandungan total fenolik yang diekstraksi menunjukkan kecenderungan meningkat ketika suhu ekstraksi dinaikkan. Studi telah menunjukkan bahwa senyawa fenolik lebih larut ketika tekanan tinggi sehingga mengakibatkan peningkatan hasil kandungan fenolik
METODE LAIN
Pengepresan expeller
Pengepresan expeller adalah metode mekanis yang mengekstraksi minyak dari kacang dan biji dengan menggunakan tekanan tinggi dan panas tinggi. Metode ini umumnya mengeluarkan  sekitar 65% minyak dari buah.Â
Cara ini juga dapat diterapkan pada daging kelapa sebagai bahan baku pakan. Karena minyak kelapa yang diekstraksi dengan menggunakan metode ini akan diketahui memiliki bau asam tengik, Oleh karena itu  penerapan  iradiasi gamma untuk menghilangkan bau telah dilakukan .Â
Iradiasi pada 4,2 kGy ditemukan sebagai dosis iradiasi yang tepat untuk menghilangkan bau asam tengik minyak kelapa murni. Â selain itu metode ini juga membuktikan bahwa perlakuan iradiasi gamma tidak akan mempengaruhi sifat antioksidan minyak kelapa yang diekstraksi.Â
Namun, tercatat persentase asam lemak bebas dan bilangan peroksida dari VCO yang diekstraksi melalui metode ini adalah yang terendah di antara keempat metode yang dibandingkan, yaitu sentrifugasi dan fermentasi dengan atau tanpa fermentasdi. Terbukti dalam penelitian ini minyak kelapa preseller tidak memiliki bau asam dan tengik serta merusak panas.
METODE PENGGILINGAN BASAH
Minyak kelapa yang diekstraksi dengan metode ini diekstraksi dari daging kelapa yang tidak dikeringkan sebelum ekstraksi minyaknya  Santan pertama-tama diperas dari daging kelapa basah dan minyak kelapa kemudian diekstraksi dari santan dengan memisahkan air darinya. Metode yang digunakan untuk memisahkan air dari santan meliputi perebusan, fermentasi, pendinginan, sentrifugasi dan pemisahan enzimatik.Â
Beberapa manufaktur memilih untuk menggunakan fermentasi untuk mengekstrak minyak. Ini karena proses ini berteknologi sangat rendah dan dapat dilakukan oleh produsen skala kecil.Â
Santan dibiarkan mengendap semalaman sehingga molekul air yang lebih berat dapat mengendap di dasar wadah sedangkan molekul minyak yang lebih ringan tetap berada di atas.
APLIKASI Â DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Perlu diketahui bahwa, minyak kelapa memiliki banyak aplikasi, terutama untuk kesehatan dan kecantikan. Pertama, minyak kelapa dapat membantu melindungi kulit kita dari sinar UV saat dioleskan pada kulit kita. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa minyak kelapa mampu memblokir 20% dari sinar UV yang dipancarkan dari matahari.Â
Diperkirakan juga bahwa faktor perlindungan matahari minyak kelapa adalah 7, yang lebih rendah dari rekomendasi minimum di beberapa negara. Karena minyak kelapa mengandung trigliserida rantai menengah, minyak kelapa dapat meningkatkan laju metabolisme kita karena asam lemak ini dapat diserap dengan cepat dan meningkatkan jumlah kalori yang kita bakar.
Studi menunjukkan bahwa asam lemak dapat meningkatkan tingkat metabolisme kita secara signifikan sementara. Â Rata-rata 120 kal dapat dibakar selama 24 jam ketika 15-30 g trigliserida rantai menengah diambil.
Karena lebih dari 80% lemak dalam minyak kelapa jenuh, minyak kelapa cocok digunakan untuk memasak suhu tinggi. Lemak jenuh akan mempertahankan strukturnya bahkan ketika dipanaskan sampai suhu tinggi tidak seperti asam lemak tak jenuh ganda yang ditemukan dalam minyak nabati. Â
Minyak kelapa juga mampu meningkatkan kesehatan gigi kita karena menghancurkan bakteri di bulan kita, seperti Streptococcus mutans, bakteri yang menyebabkan banyak penyakit gigi, seperti plak gigi, kerusakan gigi dan penyakit gusi.Â
Bila dikumur dengan minyak kelapa selama 10 menit, bakteri di mulut kita akan berkurang sebanyak berkumur dengan obat kumur antiseptic. Sifat antijamur dan anti-bakteri dari minyak kelapa membuatnya menjadi salep luka yang sangat baik.Â
Sebuah penelitian menemukan bahwa ketika tikus diobati dengan minyak kelapa pada lukanya, penanda inflamasi berkurang dan terjadi peningkatan produksi kolagen yang menghasilkan peningkatan kecepatan penyembuhan luka. Â Makan minyak kelapa juga menunjukkan bahwa ia memberikan efek anti-inflamasi yang kuat. Hal ini terbukti pada beberapa hewan. Â
Disarankan ketika manusia menelan minyak kelapa, akan ada pengurangan penanda stres oksidatif dan peradangan. Namun, efek ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat dikomersialkan.Â
Untuk aplikasi yang berhubungan dengan kecantikan, minyak kelapa mampu melembabkan kulit kita ketika dioleskan secara eksternal, terutama untuk anggota badan. Namun, tidak disarankan untuk diterapkan pada wajah bagi mereka yang memiliki kulit berminyak.Â
Perbaikan tumit pecah-pecah juga dimungkinkan dengan penggunaan minyak kelapa. Sebuah penelitian membandingkan efek minyak kelapa, minyak mineral dan minyak bunga matahari pada rambut.
Hanya minyak kelapa yang menunjukkan efek signifikan pada rambut karena mengurangi kehilangan protein dari rambut ketika dioleskan sebelum atau sesudah keramas. Ini berlaku untuk rambut sehat dan rusak.Â
Minyak kelapa juga dapat digunakan sebagai penghapus riasan, karena dapat menghilangkan bahkan maskara tahan air yang paling tahan sekalipun. Untuk kegunaan selain kesehatan dan kecantikan, minyak kelapa digunakan dalam pengusir serangga tidak beracun.Â
Dengan menggabungkan minyak esensial Thailand dengan minyak kelapa, obat nyamuk ini mampu memberikan perlindungan lebih dari 98% dari gigitan nyamuk tertentu.Â
Minyak kelapa juga cocok sebagai penghilang noda jika dicampur dengan soda kue dalam jumlah yang sama. Campuran dioleskan ke noda dan bisa dibersihkan setelah 5 menit.Â
Sifat antibakteri yang kuat dari minyak kelapa membuatnya cocok untuk dibuat menjadi deodoran. Minyak kelapa dapat dicampur dengan bahan alami lainnya, seperti bubuk garut, tepung jagung, soda kue dan minyak wangi untuk membentuk deodoran alami. Minyak kelapa juga digunakan sebagai poles furnitur kayu.Â
Ini juga bertindak sebagai penolak debu setelah mengaplikasikannya ke furnitur kayu. Itu juga hadir dengan aroma yang menyenangkan dan lembut. Minyak kelapa juga bisa dibuat menjadi barang sehari-hari lainnya, seperti pasta gigi, lulur bibir, lulur, dan krim cukur. Bahan pembersih pribadi, seperti sampo, sabun dan deterjen dalam produk sabun mandi  juga dapat diproduksi dari minyak kelapa.
APLIKASI DALAM INDUSTRIÂ
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2011, ditemukan bahwa minyak kelapa dapat menjadi bahan baku potensial untuk produksi biodiesel.Â
Dengan bantuan nanokomposit selulosa-Zn/SiO2, diketahui bahwa pembentukan metil ester biodiesel dapat dibentuk lebih efisien, yang selanjutnya menjanjikan aplikasi minyak kelapa di masa depan dalam industri bahan bakar. Aktivitas katalisis juga dapat dicapai dengan batu marl terkalsinasi untuk meningkatkan hasil biodiesel juga.Â
Ditemukan juga bahwa minyak kelapa murni memiliki potensi dalam mengurangi faktor risiko kardiovaskular. Untuk memerangi pandemi yang disebabkan oleh virus COVID-19, penelitian juga dilakukan pada sifat antibakteri minyak kelapa.
Pada tahun 2020, Joondan telah menemukan bahwa dengan mengganti surfaktan yang digunakan untuk memproduksi deterjen cucian dengan surfaktan baru yang berasal dari minyak kelapa, sifat antibakteri dari deterjen yang dihasilkan lebih efektif daripada deterjen yang diproduksi oleh surfaktan konvensional yang digunakan untuk produksi deterjen yang dapat membantu dalam mengurangi penyebaran virus.Â
Minyak kelapa juga dapat diterapkan sebagai item perawatan kesehatan untuk bayi baru lahir prematur dalam perkembangan kematangan kulit mereka.Â
Studi dilakukan pada banyak bayi baru lahir dalam kondisi terkontrol secara acak dengan hasil yang menunjukkan bahwa minyak kelapa memiliki efek positif terhadap kesehatan bayi baru lahir dan tanpa efek samping yang tidak diinginkan .
 Studi juga sedang dilakukan pada kelayakan menggunakan minyak kelapa untuk mensintesis bahan kemasan yang dapat dimakan sebagai aditif untuk film berbasis pati dalam kemasan makanan sebagai film yang dapat dimakan yang disempurnakan.Â
Ekstraksi lebih lanjut dari minyak kelapa murni dapat dilakukan untuk mendapatkan trigliserida rantai menengah, yang ditemukan sebagai komponen utama minyak kelapa. Trigliserida rantai menengah ini dapat digunakan untuk aplikasi pada kontrol akumulasi lemak tubuh serta kontrol deposisi kolesterol pada jaringan.Â
Pada tahun 2020, ditemukan bahwa ketika dikombinasikan dengan graphene sonicated, minyak kelapa dapat berfungsi sebagai bahan perubahan fasa untuk tujuan penyimpanan energi. Ditemukan bahwa hasil terbaik untuk aplikasi ini dapat diperoleh pada konsentrasi rendah graphene pada 0,3 % berat graphene.Â
Dalam beberapa tahun terakhir, Lugoda menemukan bahwa menggabungkan minyak kelapa dan karbon hitam, sensor regangan dapat dikembangkan. Sensor regangan ini dapat digunakan untuk beberapa aplikasi seperti pengenalan aktivitas manusia, pendampingan kesehatan serta robotika lunak.Â
Selama produksi minyak kelapa, bungkil kelapa yang dihasilkan juga dapat dijual sebagai produk sampingan yang potensial. Hal ini dibuktikan oleh Sumitra pada tahun 2003 bahwa bungkil kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku potensial untuk sintesis -amilase sebagai substrat .Â
Selain menggunakan bungkil kelapa sebagai bahan baku, bungkil kelapa bekas juga dapat diubah menjadi makanan ringan yang bergizi untuk meningkatkan pendapatan tanaman kelapa sawit serta mengurangi limbah yang dihasilkan oleh tanaman.Â
Aplikasi ini terbukti layak karena kue kaya akan protein serta nutrisi lain seperti polifenol dan antioksidan. Minyak kelapa juga digunakan untuk memotong cairan dan pelumas di industri.
Namun, karena stabilitas termalnya yang buruk, aplikasi ini terbatas. Studi sedang dilakukan untuk meningkatkan stabilitas termal sehingga dapat diterapkan lebih luas sebagai pelumas industri.
KESIMPULAN
 Setiap metode ekstraksi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.  Dengan demikian, industri perlu menentukan metode mana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk.Â
Minyak kelapa yang diekstraksi dari metode yang berbeda dapat memiliki kualitas dan penggunaan yang berbeda. Jika minyak kelapa akan diterapkan secara eksternal, kualitas minyak tidak diprioritaskan tetapi jumlah minyak yang diekstraksi diprioritaskan.Â
Oleh karena itu, metode yang memberikan hasil minyak yang tinggi mungkin lebih disukai. Tidak akan pernah ada metode "sempurna" untuk memuaskan semua orang dalam satu metode saja, sehingga banyak metode telah ditemukan dan diuji.Â
Daftar RujukanÂ
 Â
- Jayasekara C, Gunathilake K (2007) Processing technologies for virgin coconut oil and coconut based Confectionaries and beverages. In: Proceedings of international coconut summit 7--11
- Â Suryani S, Sariani S, Earnestly F, Marganof M, Rahmawati R, Sevindrajuta S, Mahlia TMI, Fudholi A (2020) A comparative study of virgin coconut oil, coconut oil and palm oil in terms of their active ingredients. Processes 8:402
- CAS Article Google Scholar
- Varma SR, Sivaprakasam TO, Arumugam I, Dilip N, Raghuraman M, Pavan K, Rafiq M, Paramesh R (2019) In vitro anti-inflammatory and skin protective properties of Virgin coconut oil. J Tradit Complement Med 9:5--14. PubMed Article Google Scholar
- Ferrer PJ, Quilinguen VF, Rosario J, Pestao LD (2018) Process design of virgin coconut oil (VCO) PRODUCTION USING LOW-PRESSURE OIL EXTRACTION. MATEC Web of Conferences, p. 02003, EDP Sciences
- Marina A, Man YC, Amin I (2009) Virgin coconut oil: emerging functional food oil. Trends Food Sci Technol 20:481--487
- Â Ng, Y. J., Tham, P. E., Khoo, K. S., Cheng, C. K., Chew, K. W., & Show, P. L. (2021). A comprehensive review on the techniques for coconut oil extraction and its application. Bioprocess and Biosystems Engineering, 44(9), 1807-1818
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H