Mohon tunggu...
Diva Asfira Demokraty
Diva Asfira Demokraty Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Swim n sleep

You can change your mind and you can change your world

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Komponis Bersyair Dalam Nadi Indonesia

20 November 2021   21:31 Diperbarui: 21 November 2021   09:49 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ismail Marzuki (ke empat dari kiri belakang) bersama grup Lief Java. (Arsip Taman Ismail Marzuki) 

     Dia termenung, lalu tiba-tiba ada yang memanggilnya,

     "Halo? Apa Anda bisa mendengar saya, Tuan?" Tanya salah satu orang yang tergabung dalam orkes musik tadi.

     "Eh, iya. Tentu saja, dengan senang hati. Bergabung dengan kalian merupakan mimpi yang tidak pernah saya duga, terima kasih sudah percaya kepada saya." Jawab Ismail dengan tegas, seolah meyakinkan mereka kalau ia bersungguh-sungguh ingin mendalami musik bersama mereka.

     "Baiklah kalau begitu, selamat Anda telah bergabung bersama kami." Ujar mereka secara bersamaan, dengan memberikan senyum yang teramat bahagia. Begitu pula dengan Ismail.

Ismail Marzuki (ke empat dari kiri belakang) bersama grup Lief Java. (Arsip Taman Ismail Marzuki) 
Ismail Marzuki (ke empat dari kiri belakang) bersama grup Lief Java. (Arsip Taman Ismail Marzuki) 

     Pada tahun 1934, Belanda membentuk Nederlands Indische Radio Omroep Maatshappij (NIROM) dan orkes musik Lief Java mendapat kesempatan untuk mengisi acara siaran musik. Tapi Ismail Marzuki mulai menjauhkan diri dari lagu-lagu Barat, kemudian dia menciptakan lagu-lagu sendiri antara lain 'Ali Baba Rumba', 'Ohle le di Kotaraja', dan 'Ya Aini'. Kala itu Ismail Marzuki tenar karena bernyanyi ketika siaran radio. Lief Java memang terkenal mampu membawakan lagu dengan apik dan digemari masyarakat Eropa di Batavia.

     Semasa aktif di NIROM, ia mendapatkan popularitasnya. Ia dikenal sebagai sosok penyiar dan penyanyi bersuara merdu namun memiliki selera humor yang baik.

     Lagu ciptaannya kemudian direkam ke dalam piringan hitam di Singapura. Orkes musiknya punya sebuah lagu pembukaan yang mereka namakan Sweet Java Islander.

     Namun, lagu tersebut tanpa pemberitahuan maupun basa-basi dijadikan lagu pembukaan siaran radio NIROM. Sehingga, grup musik Ismail Marzuki mengajukan protes, namun protes mereka tidak digubris oleh direktur NIROM. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya, walaupun mereka dengan tidak sopan melakukan hal tersebut.

     Kemudian pada periode 1936-1937, Ismail Marzuki mulai mempelajari berbagai jenis lagu tradisional dan lagu Barat. Ini terlibat pada beberapa ciptaannya dalam periode tersebut, 'My Hula-hula Girl'. Kemudian lagu ciptaannya 'Bunga Mawar dari Mayangan' dan 'Duduk Termenung' dijadikan tema lagu untuk film 'Terang Bulan', sebuah film Hindia Belanda yang dirilis tahun 1937.

     Awal Perang Dunia II (1940) mulai mempengaruhi kehidupan di Hindia-Belanda (Indonesia). Radio NIROM mulai membatasi acara siaran musiknya, sehingga beberapa orang Indonesia di Betawi mulai membuat radio sendiri dengan nama Vereneging Oostersche Radio Omroep (VORO) berlokasi di Karamat Raya. Antene pemancar mereka buat sendiri dari batang bambu. Ismail pun hengkang dari NIROM dan bergabung dengan radio VORO itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun