Di langit yang gelap gulita, bulan bercahaya sendirian dengan menyorotkan cahayanya pada bumi seakan bumi sangat haus pada cahayanya itu. Seperti yang dilakukan Ismail sekarang, ia sedang duduk di ruangan khusus yang isinya beberapa koleksi alat musik miliknha ditemani dengan sebatang rokok dan secangkir kopi yang biasa menemaninya ketika sedang fokus menulis sebuah syair. Namun kali ini berbeda dengan sebelumnya, ada rasa yang menbuncah dan tak dapat digambarkan namun mampu membuat perutnya seperti di serang ribuan kupu-kupu yang beterbangan.
   Ya, dia membuat sebuah syair lagu untuk disampaikan pada wanita yang sukses membuatnya hilang fokus sekaligus jatuh cinta pada waktu yang bersamaan pada saat tampil di orkes musik tadi.
   Lalu pada keesokan harinya, tibalah pada malam hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh ismail. Sekali lagi, dia jatuh cinta pada pesona wanita cantik itu. Terlihat dia memakai kebaya warna merah juga lengkap dengan sarung coklat bermotif batik dan rambut panjang digelung dengan rapih. Sangat terlihat anggun dan menawan, mustahil Ismail tidak jatuh hati padanya.
   Cantik. Itulah yang menggambarkan diri Eulis. Dia melihat ke depan sana, dimana ada seorang pria yang sedang bersiap-siap akan menyanyi. Namun tiba-tiba, dia sangat terkejut karena tiba-tiba namanya disebut oleh pria itu, ia bilang bahwa lagu ini ia persembahkan untuk dirinya, Eulis Zuraidah.
Panon Hideung
 (Mata Hitam)
Panon hideung
(Mata hitam)
Pipi koneng
(Pipi kuning)
Irung mancung
(Hidung mancung)
Putri Bandung
(Putri Bandung)
Putri saha
(Anak siapa)
Di mana bumina
(Dimana rumahnya)
Abdi reseup
(Aku suka)
Kaanjeunna
(Padanya)
Siang wengi
(Siang malam)
Kaimpi-impi
(Terbawa mimpi)
Hate Abdi
(Hatiku)
Sara redih
(Merasa sedih)
Teu emut dahar
(Lupa makan)
Teu emut nginum
 (Lupa minum)
Emut kanu geulis
 (Ingat pada si cantik)
Panon Hideung
(Mata hitam)
  Â
   Kurang lebih, begitulah lirik yang Ismail nyanyikan untuk Eulis. Lagu 'Panon Hideung' tadi Ismail ciptakan dengan maksud untuk mengungkapkan perasaannya pada seorang wanita cantik, yang ternyata mampu membuat sang maestro ini jatuh hati. Dengan lagu itu ternyata Eulis pun mengakui perasaannya kepada sang maestro tersebut dan memulai kisah kasih bersama di Kota Kembang, Bandung.
   Sebuah lagu Rusia ciptaan R. Karsov diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda menjadi 'Panon Hideung'. Sebuah lagu ciptaannya berbahasa Belanda tapi memiliki intonasi Timur yakni lagu 'Als de orchideen bloeien'.
   Lagu ini kemudian direkam oleh perusahaan piringan hitam His Master Voice (HMV). Kelak lagu ini diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia dengan judul 'Bila Anggrek Mulai Berbunga'.
   Pada tahun yang sama pula, Ismail Marzuki menikahi penyanyi keroncong tersebut, Eulis Zuraidah. Dan pindah tinggal di kampung kelahirannya Ismail, Jakarta. Mereka juga di karuniai seorang anak perempuan yang cantik, sama cantiknya seperti ibunya, bernama Rachmi Aziah.