Mohon tunggu...
Diva Asfira Demokraty
Diva Asfira Demokraty Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Swim n sleep

You can change your mind and you can change your world

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Komponis Bersyair Dalam Nadi Indonesia

20 November 2021   21:31 Diperbarui: 21 November 2021   09:49 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ismail Marzuki (ke empat dari kiri belakang) bersama grup Lief Java. (Arsip Taman Ismail Marzuki) 

     Setengah jam berlalu, kini ia tahu mengapa ayahnya ada disini dan mengapa dia dipanggil ke ruangan wali kelasnya. ternyata, dia akan keluar dari sekolah HIS karena pindah sekolah. Lebih tepatnya, ayahnya ingin ia pindah sekolah.

     "Pak, kenapa tiba-tiba? padahal Maing sudah nyaman sekolah disini, Maing disini punya sahabat yang baik sekali pada Maing. Maing tidak mau meninggalkan mereka." Ucap Ismail dengan nada kecewa.

     "Ini demi kebaikanmu, Nak. Bapak tidak mau kau memiliki sifat kebelanda-belandaan. Jika kau masih terus bersekolah disini, Bapak Khawatir kau akan memiliki sifat seperti itu. Bapak ingin kamu menjadi Ismail versi terbaik dengan berada di sekolah pilihan Bapak." Jawab ayahnya dengan nada meyakinkan.

     Dalam hati, Ismail memang tidak ingin pindah sekolah. Namun, apa boleh buat. Ia tidak akan pernah bisa menentang keinginan ayahnya itu, karisma ayahnya sangat mempengaruhi gerak-gerik pria tersebut. Membuat siapa saja yang diperintahkan olehnya akan mengiyakan saja tanpa berontak sepatah katapun. Itulah ajaibnya Marzuki, ayahnya Ismail.

     Sebelum pulang, Ismail berpamitan terlebih dahulu kepada beberapa guru di sekolah lamanya dan terutama kepada sahabat-sahabatnya. Jujur saja, berat sekali rasanya meninggalkan sekolah HIS itu, apalagi meninggalkan sahabat-sahabatnya yang telah menemaninya selama 2 tahun terakhir ini. Namun, seperti kata ayahnya, ini merupakan keputusan yang terbaik untuk Ismail.

     Beranjak dari sekolah lamanya itu, kini Ismail disekolahkan di Madrasah Unwanul-Falah di Kwitang. Ternyata, disana ia juga mendapatkan sahabat yang sama baiknya seperti di sekolah lamanya. Diantaranya adalah Aiman, Umar, dan Kadafi.

     Beranjak dewasa, dia dibelikan ayahnya alat musik sederhana. Bahkan tiap naik kelas Ismail Marzuki diberi hadiah harmonika, mandolin, dan gitar. Dari sana, ia semakin memperdalam cintanya terhadap musik. Baginya, musik merupakan setengah nyawanya. Begitu cintanya ia terhadap musik. Bahkan masih berfokus pada musik, ia berlatih musik dan segala macam yang menyangkut tentang musik dengan konsisten, yakni 4-5 jam per hari.

     Ia tidak mengikuti kursus musik apapun, hanya mengandalkan keahliannya secara otodidak dalam mendalami ilmunya untuk bermusik. Ia hanya belajar di Sekolah Dasar, membahas musik, dan belajar secara rutin.  Fasih bahasa Inggris dan Belanda, itu malah mempermudahnya untuk mempelajari musik.

     Setelah lulus dari Madrasah Unwanul-Falah, Ismail Marzuki melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Menengah Pertama di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah bentukan Belanda. Disana, dia membentuk grup musik sendiri bernama D'Vacto. Di situ, dia memainkan alat musik banyo dan gemar memainkan lagu-lagu gaya Dixieland (genre musik Jazz) serta lagu-lagu Barat yang digandrungi pada masa itu.

     Pada tahun 1931, tepatnya pada usia 17 tahun, Ismail Marzuki menciptakan lagu untuk pertama kalinya berjudul 'O Sarinah'. Ismail, digambarkan sebagai anak Betawi yang memiliki cinta dan kepedulian amat besar pada lingkungan sekitarnya, terutama kondisi Indonesia yang kala itu berada dalam situasi perjuangan mendapatkan dan mempertahankan kemerdekaan dari Belanda.  Ia menciptakan lagu 'O Sarinah' sebagai simbol kehidupan masyarakat Indonesia yang tertindas di era penjajahan.

     Di sisi lain, lagu ini juga menjadi sebuah penghargaan pada kehidupan warga yang sederhana. Ismail menulis lagu tersebut dalam bahasa Belanda, dengan lirik sebagai berikut :


                         O Sarinah

Sarinah en kind uit de desa
(Sarinah anak desa)
Zij stampte haar padi tot bras
(Ia menumbuk padinya menjadi beras)
En zong daar bij en heel aardig liedje
(sambil menyanyikan lagu amat indah)
Voor kromo die lacht in het gras
(untuk si dia yang bersantai di atas rumput).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun