“Dari SMA tentu ia karib denganku, dia memang naksir adikku sejak SMA. Dan aku kakaknya setuju.”
“Jadi?”
“Aku tahu apa yang kamu pikirkan Ris.”
“Salsa.... Salsa..... bangunkan aku dari mimpi ini Salsaaa....”
“Istighfar Ris, gank dhuha harus yakin bahwa ini kenyataan. Ini bukan mimpi.”
“Benarkah Salsa.”
“Berikan setangan leher PMRku.” pinta Salsa tiba-tiba.
“Memang aku membawanya?”
“Aku selalu yakin kamu akan selalu membawa benda milikku itu. Aku yakin. ”
Perlahan Aris mendesah. Ia mengeluarkan setangan leher warna biru. Ia menyerahkan barang itu kepada pemiliknya. Barang itu diterima Salsa sebentar. Namun gadis itu menyodorkan kembali kepada Aris.
“Kalau Aris suka simpanlah.....”