Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Usai Wisudaku, Kau Kupanggil "Kakak"

27 Mei 2016   14:48 Diperbarui: 27 Mei 2016   17:44 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
srsht-kre.foto. pribadi

 “Aris, Senin depan aku wisuda.

Aris mendesah. SMS dari Salsabila ia baca lagi. Ia tak berani menjawab. Bingung. Mau mengucapkan selamat, itu sangat standar. Ia tak tahu harus menjawab apa. Ingin rasanya ia menelepon, tapi ia takut Aji ada di dekatnya.

Sebentar lagi wisuda Salsabila meraih gelar sarjana. Bagi Aris, sebenarnya hari itu merupakan momen yang sangat bagus untuk hadir. Namun ia tahu diri. Sejak pertemuan terakhir di rumah makan Nera, dirinya dan Salsabila hampir tak pernah kontak. Hanya sesekali. Itupun tak intens. Tak ada hal-hal yang patut dicatat sebagai sejarah. Sebenarnya dirinya sangat mengharapkan lebih dari sekedar menanyakan bagaimana kabarnya.

Aji, yang pernah ia tanyakan kepada Salsa,  tampaknya halangan yang kokoh baginya untuk memulai babak baru dalam mengenal lebih jauh gadis itu. Ia tidak tahu mengapa ia selalu merasa dekat dengan gadis itu, padahal ia tahu sejak kelas XI SMA hingga tahun ketiga masa kuliah Aji dan Salsa masih bersama.

Kau mau datang nggak?”

SMS keduapun tak ia respon. Ia membayangkan betapa jika di acara wisuda ia hanya akan menyaksikan Salsabila bersanding bareng dengan Aji. Aris mendesah. Pemuda itu mengambil setangan leher kenangan berbordir nama Salsabila. Benda itulah yang ia jadikan pengganti Salsa, walaupun ia tidak tahu bagaimana sikap gadis itu sebenarnya.

Aku nggak akan datang ...... gumam Aris akhirnya memutuskan. Pemuda itu rebahan. Plafon kamar kost-nya penuh dengan bayangan Salsabila. Bayangan gadis itu wisuda dengan penuh kebahagiaan bersama Aji. Kadang dalam hitungan seperempat detik, ia membayangkan dirinya menjadi Aji. Namun bayangan itu kemudian buyar. Ia membayangkan dirinya tertegun sendirian di auditorium wisuda, tanpa ada yang mempedulikan.

Ting, ting,ting!

Aris mendesah. SMS dari Salsabila datang lagi.

“Ris, aku tahu kamu masih belum tidur. Jawab dong SMS-ku. Apa kamu ingin malam ini aku nangis?”

Aris tertegun. Ia tidak menyangka bakal ada kalimat terakhir semacam itu. Menangis? Untuk apa? Salsa...... gumamnya. Akhirnya dengan berat hati pemuda itu menulis SMS juga.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun