Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pilkardus

9 Juli 2021   20:23 Diperbarui: 9 Juli 2021   21:17 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia ingin melompat ke belakang komputernya dan kembali bekerja, berpura-pura bahwa kehadiran lelaki itu tidak memengaruhinya, bahwa dia tidak bermimpi tentang seorang gadis kecil yang bermain dengan brewok bapaknya, tetapi dia membeku.

Ketika lelaki itu masuk, orang banyak berhenti berteriak dan berkumpul di sekitar montir yang berkisah tentang seorang presiden melawan hegemoni Barat, yang pendengarnya terlalu muda saat peristiwa itu terjadi.

Dia berdiri tepat di ambang pintu, seolah menunggu sambutan. Matanya berputar melihat segala sesuatu, menghindari menatap Quinna seolah-olah dia tidak melihatnya.

Detik-detik berlalu. Quinna tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Dia tidak bisa memikirkan apa pun untuk dikatakan kepadanya.

Akhirnya, pandangan mereka bertemu. Bapaknya tersenyum kecil, seolah-olah dia baru saja melihatnya.

"Siang," ujarnya. Kata itu keluar seolah-olah sedang membersihkan tenggorokannya.

"Anda mau apa?" Quinna tertegun dengan kata-katanya sendiri. Kalimat yang diperuntukkan bagi orang-orang asing yang tidak memiliki hubungan keluarga.

Dia mengingatkan dirinya bahwa baru tadi melamun tentang brewok bapak, tetapi jantungnya berdetak cepat dan dia mengepalkan tinjunya untuk menghentikan gemetar tangannya.

"Saya---" lelaki itu bicara, dan kemudian berhenti tiba-tiba.

Quinna menyelesaikan kata-kata itu dalam pikirannya. Saya ingin menjadi bapakmu. Saya ingin menebus ketidakhadiran saya. Saya ingin meminta maaf untuk .... Begitu banyak hal yang ingin dia katakan.

Lelaki itu berdeham dan menatap ujung sepatunya, mengerutkan kening pada permukaannya yang mengilap seolah-olah lumpur menempel di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun