Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pilkardus

9 Juli 2021   20:23 Diperbarui: 9 Juli 2021   21:17 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mereka berpesta pora," lanjutnya dengan gigi bergemeretak. "Mereka melakukan hal-hal untuk membuat aku tetap berkuasa, tetapi ketika keadaan memburuk, mereka mengorbankanku dan terus berpesta pora." Dia terdiam, dan Quinna berpikir mungkin air mata akhirnya akan mengalir di pipi bapaknya.

"Ibumu yang---" Dia mencoba melanjutkan kata-katanya, tetapi lidahnya kelu dan dia menggigit bibirnya erat-erat, seakan-akan berjuang keras menahan air mata.

Quinna bertanya-tanya apakah bapaknya sedang bersandiwara. 'Ibunya', istri kedua yang menggulingkan suaminya sendiri, telah muncul sebagai malaikat yang telah menyelamatkan negara dari seorang revolusioner yang berubah menjadi diktator, telah menjadi ibu sebuah bangsa yang tidak membutuhkan penguasa individu atau pemerintah pusat. Namun beberapa orang telah menuduh dia munafik. Seorang oportunis.

"Bapak selalu ingin menjadi pemimpin," kata lelaki itu. "Hanya itu yang Bapak tahu," menyebut dirinya 'Bapak'.

"PILKARDUS bukan tipe kepemimpinan yang Anda tahu," kata Quinna.

"Makanya Bapak ingin ikut pemilihan," katanya, suaranya mantap. Dia akhirnya menatap Quinna. Matanya basah. "Untuk menebus kesalahan Bapak. Jika Bapak mengabdi dalam sistem yang tidak dapat rusak seperti itu, Bapak akan berdamai dengan sejarah dengan membuktikan bahwa Bapak adalah pemimpin yang baik karena Bapak dilahirkan untuk itu. Bapak akan beristirahat dengan tenang ketika saatnya tiba, dan kamu dapat membantu Bapak .... Tolonglah, bantu Bapak."

Quinna menggigil jijik, membayangkan bantuan apa yang diinginkannya. Dia pasti membayangkan sistem surat suara pada masanya dengan kotak kardus bergembok, yang mereka bukan dengan kunci untuk menentukan penguasa berikutnya, dan dia mungkin berpikir bahwa avatar adalah versi digital dari kertas suara dan PILKARDUS adalah kotaknya. Memiliki satu-satunya bisnis layanan data berbasis awan di kota kecil itu, semua orang berlangganan layanannya, membuat dia memiliki akses langsung ke avatar setiap pemilih.

"Anda ingin aku mengacaukan data avatar agar memilihmu?" Quinna bertanya, susunan kalimatnya kacau.

"Tidak!" katanya, nada terkejutnya tidak bisa ditebak asli atau dibuat-buat. "Tentu saja tidak! Itu tidak mungkin! Meski Bapak dikurung selama bertahun-tahun, tetapi Bapak tahu bahwa PILKARDUS mempunyai kecerdasan dan belajar mandiri dan terus berkembang dengan menggunakan bahasa yang tidak dapat dipahami oleh siapa pun dan karenanya di luar manipulasi manusia. Bapak tahu semua itu. Tidak mungkin---"

Lalu dia terdiam, seolah-olah ide itu baru saja muncul di benaknya, memunculkan ekspresi bingung di wajahnya. "Apa itu mungkin?"

"PILKARDUS bukan kotak kardus," jawab Quinna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun