Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pilkardus

9 Juli 2021   20:23 Diperbarui: 9 Juli 2021   21:17 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya, Wisnu menatap ke dalam matanya. "Aku mencintaimu Quinn," katanya. "Aku ingin menikahimu. Kami akan menjadi keluarga, dan saya percaya kami harus mendukung -- "

"Dia merusakmu," potong Quinna. "Kamu terlalu bersemangat untuk menjadikan liputanmu---dirimu---viral secara nasional, sampai-sampai tak melihat bahwa dia merusakmu, dan jika dia menjadi lurah dia akan merusak semua orang, dan kemudian PILKARDUS akan mulai mendengarkan orang-orang yang korup dan orang-orang yang memperkosa wanita dan membunuh dua puluh ribu lawan politik. Ini akan menjadi akhir dari demokrasi kita."

Wisnu menatapnya dengan mata membelalak. Quinna tahu dia sudah mengerti sudut pandangnya. Pacarnya itu terduduk kembali ke kursinya, seolah-olah kakinya tidak bisa menopangnya lagi.

"Itu bukan korupsi," katanya dengan suara lemah.

"Selamat tinggal," kata Quinna. "Terima kasih untuk empat tahun kebersamaan yang indah."

Wisnu menatapnya tajam. "Apa yang kamu katakan?" Sebersit ketakutan terdengar dalam suaranya.

Quinna tidak berkata apa-apa lagi saat dia berjalan keluar dari studio Wisnu.

***

 Kembali ke workshop-nya, Quinna mengeluarkan ponselnya dan melihat sederet notifikasi---kebanyakan dari orang-orang yang menanyakan tentang berita ibunya. Dia menekan tombol 'DELETE ALL', dan kemudian dia menginstruksikan Qushe untuk membisukan notifikasi yang berkaitan dengan ibunya, bapaknya, dan Wisnu.

Kemudian dia mengetuk ikon PILKARDUS dan dengan denting pelan aplikasi itu memenuhi layar. Halaman beranda menampilkan topik yang sedang tren.

Meskipun baru mengumumkan pencalonannya sekitar dua jam yang lalu, bapaknya menempati trending topic nomor satu di kotanya, menurunkan ranking diskusi jembatan yang runtuh pada hari sebelumnya dan mengalahkan polling tentang pajak air tanah yang menyebabkan kerugian besar bagi bisnis. Di tab Nasional, dia nomor tiga, menyalip RUU dekriminalisasi upaya aborsi. Meter pemilihan menempatkan dia sebagai favorit untuk menang, berdasarkan komentar dan reaksi terhadap keputusannya dan pengumuman ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun