Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Enam Tingkatan Genius

5 Januari 2025   02:34 Diperbarui: 5 Januari 2025   02:34 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar 6 Tingkat Genius dan Hubungan Antar Parameter. (Sumber: Pribadi)

Howard Gardner dengan Multiple Intelligences menekankan bahwa kecerdasan bukanlah monolitik, melainkan beragam, mencakup dimensi seperti linguistik, logika-matematika, dan intrapersonal. Namun, teori ini tetap fokus pada kecerdasan individu, tanpa mengintegrasikan dimensi sosial dan politik.

Nietzsche melalui konsep bermensch menyoroti individu superior yang melampaui batas-batas moralitas konvensional. Namun, pandangan ini terlalu individualistis dan sering dianggap utopis.

Teori manajemen modern seperti leadership traits theory menyoroti pentingnya kepemimpinan multidimensi, tetapi jarang menghubungkannya dengan kejeniusan teknis dan teoritis.

Meski relevan, teori-teori ini masih parsial dan gagal mengintegrasikan kejeniusan dalam konteks multidimensi yang holistik.

Tujuan Artikel

Makalah ini bertujuan untuk mengusulkan teori baru yang disebut Kejeniusan Multidimensi, sebuah konsep yang menggabungkan enam dimensi utama: teoritis, teknis, estetika, bisnis, etis, dan politis. Model ini dirancang untuk menjawab keterbatasan paradigma lama, menawarkan pendekatan yang lebih komprehensif terhadap kejeniusan. Dengan menganalisis tokoh-tokoh seperti Edison, Einstein, Tesla, Steve Jobs, dan B.J. Habibie, kami berusaha menunjukkan bahwa kejeniusan multidimensi tidak hanya mungkin, tetapi juga diperlukan untuk menjawab tantangan zaman.

Makalah ini juga menantang asumsi bahwa kejeniusan adalah fenomena bawaan atau eksklusif. Sebaliknya, kami berpendapat bahwa kejeniusan dapat ditanamkan melalui pendidikan yang terpersonal, multidisiplin, dan berorientasi pada nilai-nilai keberlanjutan. Kami mengajak komunitas akademik untuk mendefinisikan ulang kejeniusan, bukan sebagai kecemerlangan dalam satu bidang, tetapi sebagai kemampuan untuk memahami dan mengintegrasikan berbagai dimensi kehidupan.

Dengan pendekatan ini, kami membuka ruang bagi diskusi baru tentang bagaimana dunia dapat mencetak individu yang tidak hanya pintar tetapi juga relevan, berwawasan luas, dan berdaya transformasi global.

1. Landasan Teoritis

1.1. Dimensi Kejeniusan Tradisional

Kejeniusan tradisional seringkali diklasifikasikan berdasarkan kecakapan luar biasa dalam salah satu dari dua dimensi utama: teoritis dan teknis. Namun, sejarah menunjukkan bahwa setiap tokoh besar dalam kategori ini memiliki kelebihan unik yang membentuk inovasi mereka dan tantangan yang mereka hadapi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun