8. Turquoise (Holistic Systems): Mewakili kejeniusan yang benar-benar holistik, yang tidak hanya mencakup semua dimensi yang telah kita identifikasi tetapi juga memperhitungkan hubungan yang mendalam dengan ekosistem global dan kesadaran kolektif manusia.
Evolusi Kejeniusan sebagai Spiral Progresif
Dalam perspektif Spiral Dynamics, kejeniusan tidak dilihat sebagai sifat statis tetapi sebagai fenomena yang berevolusi seiring dengan perkembangan pola pikir manusia. Dimensi kejeniusan tradisional (teoritis, teknis) mendominasi pada tahap-tahap awal (Blue, Orange), sementara dimensi estetika, etika, dan kepemimpinan politik muncul pada tahap yang lebih tinggi (Green, Yellow, Turquoise).
Pola spiral ini juga menunjukkan bahwa kejeniusan tidak harus berada pada tingkat tertinggi untuk menjadi relevan. Sebaliknya, setiap tahap menawarkan kontribusi unik yang penting untuk konteksnya. Misalnya, kejeniusan teknis Edison relevan pada era industrialisasi, sementara kejeniusan etika dan keberlanjutan menjadi lebih kritis dalam konteks krisis lingkungan modern.
Implikasi Filosofis dan Psikologis
Pendekatan Spiral Dynamics menantang pandangan tradisional tentang kejeniusan sebagai atribut individual yang tetap. Sebaliknya, model ini menunjukkan bahwa kejeniusan adalah respons adaptif terhadap tantangan spesifik di setiap tahap perkembangan sosial dan budaya.
Dari perspektif filosofis, pendekatan ini sejalan dengan pandangan integral Ken Wilber, yang mengintegrasikan berbagai dimensi keberadaan manusia (individu, kolektif, internal, eksternal). Dari perspektif psikologis, ini mencerminkan teori self-actualization Abraham Maslow, yang menekankan bahwa manusia berkembang melalui hierarki kebutuhan, menuju aktualisasi diri yang holistik.
Relevansi Terhadap Teori Kejeniusan Multidimensi
Integrasi dimensi kejeniusan dengan Spiral Dynamics memberikan kerangka untuk memahami bagaimana setiap dimensi muncul dan berkembang dalam konteks.
1.5. Integral Theory of Consciousness Ken Wilber
Ken Wilber, melalui Integral Theory of Consciousness, menawarkan kerangka holistik untuk memahami keberadaan manusia dan interaksinya dengan dunia. Teori ini mengintegrasikan berbagai perspektif, individu, kolektif, internal, dan eksternal, ke dalam AQAL framework (All Quadrants, All Levels). Dalam konteks teori kejeniusan, pendekatan ini sangat relevan untuk memahami kejeniusan sebagai fenomena multidimensi yang melibatkan aspek intelektual, emosional, sosial, dan spiritual.