Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Enam Tingkatan Genius

5 Januari 2025   02:34 Diperbarui: 5 Januari 2025   02:34 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar 6 Tingkat Genius dan Hubungan Antar Parameter. (Sumber: Pribadi)

Pendahuluan

Latar Belakang Kebutuhan Redefinisi Kejeniusan

Kejeniusan, dalam persepsi tradisional, sering kali dipandang secara reduktif, baik sebagai kemampuan teoritis yang luar biasa, seperti dalam kasus para ilmuwan besar, atau kecakapan teknis yang luar biasa, seperti pada para insinyur dan inovator. Definisi sempit ini mengabaikan kebutuhan dunia modern yang semakin kompleks dan saling terkait. Paradigma lama ini berakar pada era di mana spesialisasi dianggap sebagai jalan tunggal menuju keunggulan. Namun, pendekatan ini terbukti tidak memadai ketika dihadapkan dengan tantangan global yang melibatkan isu keberlanjutan, krisis lingkungan, ketidaksetaraan sosial, dan pergeseran geopolitik.

Di tengah globalisasi dan interkonektivitas yang semakin meningkat, kejeniusan tradisional menghadapi keterbatasan. Seorang fisikawan hebat mungkin mampu menciptakan teori revolusioner, tetapi gagal memahami dampaknya pada masyarakat. Seorang insinyur berbakat mungkin mampu membangun teknologi canggih, tetapi abai terhadap kerusakan ekologis yang ditimbulkannya. Dunia membutuhkan kejeniusan yang melampaui batas-batas disiplin, seseorang yang mampu mengintegrasikan teori, teknis, estetika, bisnis, etika, dan politik untuk menghasilkan solusi yang tidak hanya cerdas tetapi juga relevan secara global.

Tradisi Lama: Fokus pada Teori atau Teknis Semata

Sejarah penuh dengan contoh tokoh besar yang cemerlang dalam satu bidang tetapi memiliki kelemahan di bidang lainnya. Thomas Edison, meski dikenal sebagai "penemu terbesar," kerap dianggap mengabaikan pentingnya teori ilmiah. Albert Einstein, dengan teori relativitasnya yang revolusioner, diakui sering kewalahan dalam hal teknis atau aplikasi praktis. Nikola Tesla mungkin mendekati keseimbangan antara teori dan teknis, tetapi tetap kurang dalam hal kemampuan bisnis dan kepemimpinan politik. Tradisi ini menunjukkan bias terhadap spesialisasi, mengorbankan potensi sinergi lintas disiplin.

Tantangan Modern: Globalisasi, Keberlanjutan, dan Multidisiplin

Tantangan modern membutuhkan solusi yang tidak hanya cerdas tetapi juga holistik. Globalisasi menciptakan dunia yang lebih saling terkait, di mana keputusan teknis memiliki dampak politik, dan inovasi bisnis memengaruhi ekosistem. Dalam konteks ini, kejeniusan tradisional seringkali gagal karena ketidakmampuannya untuk menjangkau lintas disiplin. Teknologi seperti plastik dan kendaraan berbahan bakar fosil, meski brilian dalam desainnya, menciptakan krisis lingkungan yang terus menghantui dunia.

Kebutuhan keberlanjutan memaksa kita untuk mempertimbangkan dimensi etis dan ekologis yang sering diabaikan dalam paradigma kejeniusan tradisional. Di sisi lain, globalisasi juga memunculkan kebutuhan estetika dan bisnis untuk membuat solusi lebih diterima oleh masyarakat yang beragam secara budaya.

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa teori telah mencoba mendefinisikan ulang kejeniusan dengan cara yang lebih inklusif:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun