Oligarki dan Pengaruh Ekonomi: Di Indonesia, sistem ekonomi yang telah lama dipengaruhi oleh kekuatan oligarki bisa semakin diperparah dengan adanya manipulasi data ekonomi. Algoritma bisa digunakan untuk menyusun kebijakan yang lebih berpihak kepada segelintir kelompok elit yang mengendalikan sektor-sektor penting. Dengan mengetahui kebiasaan belanja masyarakat, kekuatan pasar, dan preferensi investasi, kebijakan yang dihasilkan bisa disesuaikan dengan kepentingan kelompok tertentu, tanpa memperhatikan kebutuhan rakyat kecil. Dalam situasi ini, kebijakan ekonomi yang ditargetkan tidak hanya akan memperlebar kesenjangan sosial, tetapi juga menciptakan ketegangan yang lebih besar antara pusat dan daerah.
4. Mengubah Sejarah Melalui Manipulasi
Di era digital, social engineering bukan hanya mempengaruhi keputusan yang kita buat secara individual, tetapi juga dapat mengarahkan jalannya sebuah negara. Misalnya, dengan manipulasi opini yang disebar melalui algoritma media sosial, sebuah negara bisa digiring ke arah kebijakan politik atau ekonomi yang bisa mengubah tatanan sosial dan bahkan membentuk identitas nasional. Di Indonesia, dengan sejarah panjang ketidakadilan sosial, ketegangan antara kelompok politik, serta potensi penyebaran disinformasi, kemampuan AI untuk mengarahkan opini dan kebijakan bisa membentuk masa depan negara ini dengan cara yang tidak terduga.
Pengaruh AI dalam Pemilu Indonesia: Kita sudah mulai melihat bagaimana teknologi dan algoritma memengaruhi politik di Indonesia, misalnya dalam Pemilu 2019 dan Pemilu Presiden 2024 mendatang. Dengan kemampuan AI untuk menyaring data pemilih dan mempersonalisasi pesan politik untuk berbagai kelompok, pemilu yang semestinya adalah perwujudan demokrasi bisa terdistorsi menjadi alat untuk mempertahankan kekuasaan oleh kelompok tertentu. Bahkan, bukan hanya sekedar memanipulasi hasil pemilu, tetapi AI dapat menciptakan narasi yang sangat kuat untuk mengubah opini publik dan memobilisasi massa---sebuah potensi yang sangat berbahaya jika salah dimanfaatkan.
Di era AI, social engineering memiliki potensi untuk tidak hanya mengendalikan opini publik, tetapi juga untuk merubah arah sejarah sebuah bangsa. Manipulasi yang terjadi bukan lagi bersifat sementara, tetapi dapat menciptakan dampak jangka panjang yang mengubah peta politik, sosial, dan ekonomi. Di Indonesia, dengan keragaman dan ketegangan sosial yang ada, manipulasi ini bisa memperburuk konflik yang ada, atau bahkan menciptakan krisis yang lebih besar. Pertanyaan besar yang harus kita jawab: apakah kita, sebagai masyarakat, masih memiliki kendali atas masa depan kita, atau akankah kita hanya menjadi objek dalam tangan algoritma yang mengendalikan segalanya?
Merubah Sejarah Melalui Manipulasi AI
Di era digital yang didominasi oleh kecerdasan buatan (AI), social engineering telah berkembang jauh melampaui manipulasi opini individu atau kelompok. Kini, dengan data besar (Big Data), algoritma cerdas, dan otomatisasi, social engineering tidak hanya bisa mengendalikan opini publik, tetapi juga mengarahkan kebijakan ekonomi, politik, bahkan ideologi negara. Dalam skala yang lebih luas, kita menyaksikan fenomena baru di mana social engineering dapat merubah jalannya sejarah---mengatur masa depan sebuah negara, membentuk arah ekonomi, dan memperburuk atau menyelesaikan ketegangan sosial yang sudah ada.
Di Indonesia, yang telah melalui berbagai krisis dan ketegangan sosial sepanjang sejarahnya, kita tak bisa mengabaikan dampak potensi manipulasi sosial yang jauh lebih masif, canggih, dan terorganisir dalam era AI ini. Beberapa momen kelam dalam sejarah Indonesia, seperti Krisis Moneter 1997 yang disebabkan oleh intervensi global yang menggerakkan kekuatan ekonomi melalui tangan-tangan yang tak tampak, bisa saja terulang dengan skala yang jauh lebih besar---dengan bantuan teknologi yang lebih canggih dan data yang lebih mendalam.
1. Social Engineering sebagai Alat Pengendali Ekonomi: Krisis Moneter 1997 dan Kejatuhan Indonesia
Pada tahun 1997, Indonesia terjebak dalam Krisis Moneter yang menghancurkan perekonomian negara, menghantam stabilitas politik, dan mengakibatkan kerusuhan sosial yang meluas. Krisis ini dipicu oleh serangan terhadap nilai tukar rupiah yang dilakukan oleh spekulan pasar finansial internasional. Di balik serangan tersebut, terdapat peran besar dari lembaga keuangan internasional dan kelompok ekonomi yang dikenal dengan istilah economic hitmen. Mereka adalah aktor yang secara diam-diam memanipulasi kebijakan ekonomi negara berkembang melalui utang dan kebijakan yang disusun untuk menguntungkan negara-negara besar dan korporasi internasional.
Krisis Moneter 1997: Pada masa itu, Indonesia mengalami serangan terhadap mata uangnya yang akhirnya menyebabkan keruntuhan ekonomi. Para economic hitmen---melalui kekuatan finansial yang mereka kendalikan---memanfaatkan ketergantungan Indonesia pada pinjaman luar negeri untuk menekan kebijakan ekonomi yang merugikan. Dengan menggunakan lembaga-lembaga internasional seperti IMF, mereka mendorong kebijakan yang menguntungkan negara-negara besar, tetapi menghancurkan perekonomian negara berkembang. Ketika Indonesia tidak mampu memenuhi kewajiban utangnya, spekulan pasar global melancarkan serangan terhadap nilai tukar rupiah, menciptakan kekacauan finansial yang meluas. Krisis ini tidak hanya menyebabkan kemiskinan yang melanda jutaan rakyat, tetapi juga memicu kerusuhan politik yang mengarah pada jatuhnya pemerintahan Orde Baru.