Langkah 7: Menghancurkan Jaringan Ekonomi Oligarki Dengan data yang sangat detail, AI bisa membantu mengidentifikasi titik-titik lemah dalam jaringan ekonomi yang dikuasai oleh kelompok elit. Dari sana, gerakan sosial dapat mengarahkan tekanan langsung kepada bisnis, bank, atau organisasi yang mendukung kekuasaan oligarki. Misalnya, kampanye boikot atau protes terhadap perusahaan-perusahaan yang dianggap memperburuk ketidakadilan ekonomi bisa menjadi salah satu strategi.
IV. Dampak Manipulasi Digital di Era AI: Menakar Harga Kebebasan di Tengah Kemajuan Teknologi
Di tengah gelombang teknologi yang semakin kuat, manipulasi digital yang digerakkan oleh Big Data dan AI bukan sekadar fenomena---ia adalah kekuatan yang mampu membentuk masa depan. Di satu sisi, manipulasi ini menjanjikan efisiensi yang tiada tara dan potensi inovasi yang luar biasa. Namun, di sisi lain, ia membuka gerbang bagi ancaman serius terhadap privasi, kebebasan berpikir, dan bahkan stabilitas sosial. Dalam konteks Indonesia, dampak dari manipulasi digital ini bukan hanya soal kebebasan individu, tetapi juga soal nasib sebuah bangsa yang sedang mencari arah dalam dinamika global yang semakin kompleks.
1. Dampak Positif: Kecepatan yang Membingungkan dan Pertumbuhan yang Ditekan
a. Efisiensi dan Personalisasi yang Membingungkan
Algoritma yang mempelajari preferensi pengguna dengan cermat memungkinkan dunia digital menawarkan solusi yang terpersonalisasi---tetapi di balik itu, kita terjebak dalam perangkap ketergantungan pada konten yang selalu "disesuaikan" dengan keinginan kita. Ketika algoritma memutuskan apa yang kita lihat, apa yang kita baca, dan apa yang kita dengar, kita bisa saja merasa lebih efisien, tetapi apakah itu berarti kita masih memiliki kebebasan untuk memilih?
Sistem rekomendasi yang digunakan oleh aplikasi e-commerce, seperti Tokopedia atau Bukalapak, memanfaatkan data pembeli untuk memberikan saran produk. Namun, apa yang terjadi ketika algoritma ini mendorong perilaku konsumtif yang lebih ekstrim, memperburuk kesenjangan sosial di negara dengan ketimpangan ekonomi yang sangat tinggi? Akankah kita mengorbankan kebebasan memilih hanya untuk memaksimalkan keuntungan dari perusahaan-perusahaan raksasa digital?
b. Ekonomi Digital yang Dibangun di Atas Ilusi Keberagaman
Model-model bisnis baru yang diciptakan oleh manipulasi digital ini---terutama dalam sektor e-commerce dan iklan digital---mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Tetapi, apakah kita sadar bahwa di balik pertumbuhan ini, ada gelombang kecenderungan untuk mengonsolidasikan kekuatan ekonomi hanya pada segelintir perusahaan besar yang memegang kendali atas data pengguna? Kita mungkin merasa bahwa sektor ekonomi digital membuka banyak peluang baru, tetapi mereka yang tidak memiliki akses ke teknologi atau literasi digital mungkin hanya menjadi konsumen pasif dalam sistem yang semakin terkonsentrasi ini.
Penggunaan data untuk memahami perilaku pembeli yang lebih mendalam dalam e-commerce dapat memperkaya perusahaan besar, tetapi bagi banyak pedagang kecil atau UMKM, mereka semakin terpinggirkan. Bukankah ini sebuah bentuk ekonomi yang tidak inklusif?
c. Inovasi yang Terperangkap dalam Ilusi Kebijakan Publik