Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Manipulasi Digital: Apakah Kita Masih Punya Kendali atas Pikiran Kita

20 Desember 2024   10:01 Diperbarui: 20 Desember 2024   11:01 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Firaun Mesir: Dengan klaim sebagai dewa, Firaun bukan hanya memerintah, tetapi membentuk seluruh tatanan sosial berdasarkan kepercayaan akan otoritas ilahinya. Di hadapan rakyatnya, menentang Firaun adalah tindakan tidak hanya berbahaya, tetapi juga dihukum dengan dosa besar.

Kerajaan Nusantara: Di Indonesia, banyak kerajaan seperti Majapahit dan Sriwijaya, yang menggunakan legitimasi dari wahyu atau kekuatan spiritual untuk mengendalikan rakyat. Kepercayaan bahwa raja adalah titisan dewa memungkinkan sistem feodal yang menindas masyarakat luas, membatasi kebebasan berpikir dan bertindak.

Era ini menunjukkan bagaimana social engineering berjalan secara lokal, sangat terikat dengan kepercayaan tradisional, dan dilakukan melalui media komunikasi yang terbatas, seperti lisan atau simbolik.

2. Era Media Massa: Propaganda dan Psikologi Massa yang Mengguncang Dunia

Revolusi industri dan kemajuan teknologi komunikasi seperti koran, radio, dan televisi, membawa social engineering ke tingkat yang jauh lebih besar. Ketika media massa mampu menjangkau seluruh dunia, propaganda mulai bertransformasi menjadi kekuatan yang mengubah arah sejarah. Dengan alat yang lebih besar dan lebih kuat, penguasa dan korporasi bisa memengaruhi opini publik dalam skala masif, menciptakan gerakan sosial yang mengguncang dunia.

Propaganda Nazi: Di bawah kepemimpinan Joseph Goebbels, Nazi menggunakan film, radio, dan acara publik untuk mengkampanyekan ideologi fasisme yang berujung pada perang dunia dan pembantaian massal. Mereka memanfaatkan media untuk membangun kebencian rasial dan mengalihkan perhatian dari kejahatan perang yang sedang mereka lakukan.

Iklan Rokok pada Awal Abad ke-20: Edward Bernays, yang dikenal sebagai bapak public relations, menggunakan propaganda untuk menghubungkan kebiasaan merokok dengan kebebasan perempuan melalui kampanye "Torches of Freedom." Hal ini memicu perubahan besar dalam kebiasaan sosial yang kemudian meracuni jutaan orang tanpa mereka sadari.

Era media massa adalah titik balik dalam sejarah social engineering, di mana informasi bisa diproduksi dan didistribusikan secara besar-besaran untuk memengaruhi kebijakan politik, menciptakan tren budaya, dan bahkan memicu perang.

3. Era Digital: Manipulasi Data dan Algoritma yang Tak Terlihat

Kini kita memasuki era digital yang menghadirkan perubahan paling drastis dalam sejarah social engineering. Internet, media sosial, dan kecerdasan buatan (AI) memungkinkan manipulasi yang lebih personal, lebih terperinci, dan lebih sulit dideteksi. Data pribadi yang kita berikan secara sukarela di dunia maya, menjadi bahan bakar bagi algoritma yang terus mengolah dan mengubah perilaku kita tanpa kita sadari. Di sini, manipulasi tidak hanya datang dari pemerintah atau perusahaan besar, tetapi juga dari individu atau kelompok yang bisa memanfaatkan teknologi untuk kepentingan pribadi.

Pemilu AS 2016 dan Cambridge Analytica: Di luar sana, dunia terkejut ketika terungkap bahwa Cambridge Analytica menggunakan data pribadi dari jutaan pengguna Facebook untuk memanipulasi opini politik dalam Pemilu 2016. Penggunaan data pribadi ini menyentuh ranah yang jauh lebih dalam daripada sekadar iklan. Data tersebut digunakan untuk mengidentifikasi kerentanannya, untuk menggiring pemilih ke arah pilihan politik tertentu---tanpa mereka sadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun