Iklan manipulatif yang muncul di media sosial, berdasarkan data perilaku kita yang telah dikumpulkan, bukan hanya mengancam privasi kita, tetapi juga merusak kemampuan kita untuk berpikir kritis dan membuat keputusan yang independen.
d. Penyebaran Disinformasi yang Luas: Menjerumuskan Kita dalam Labirin Kebohongan
Penyebaran disinformasi yang meluas melalui media sosial di Indonesia semakin menjadi ancaman besar. Ketika algoritma lebih mengutamakan konten yang mengundang emosi dan kontroversi daripada kebenaran, kita terperangkap dalam dunia yang penuh dengan teori konspirasi dan berita palsu.
Kasus hoaks terkait COVID-19 yang menyebar dengan cepat di berbagai platform digital menunjukkan bagaimana informasi yang salah bisa mempengaruhi keputusan kesehatan dan politik. Di tengah pandemi, siapa yang bertanggung jawab atas misinformasi yang mengarah pada ketidakpercayaan publik terhadap vaksinasi?
e. Ketergantungan pada Algoritma: Ketika Keputusan Kita Bukan Lagi Milik Kita
Ketika kita semakin bergantung pada algoritma untuk mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari, kita kehilangan otonomi kita sendiri. Keputusan apa yang harus kita beli, apa yang harus kita tonton, atau bahkan siapa yang harus kita pilih bisa sepenuhnya ditentukan oleh sistem yang tidak kita kendalikan.
Aplikasi belanja online atau platform streaming musik bisa membuat kita tergantung pada rekomendasi mereka. Tetapi, seberapa banyak kebebasan yang kita miliki ketika pilihan kita selalu didorong oleh algoritma yang berfokus pada keuntungan perusahaan?
3. Dampak Sistemik terhadap Masyarakat: Memperlebar Jurang Ketidaksetaraan
a. Ketidaksetaraan Digital yang Membentang Lebar
Di Indonesia, masih ada jutaan orang yang tidak memiliki akses terhadap teknologi atau literasi digital yang memadai. Manipulasi digital ini berpotensi memperburuk ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, menjadikan mereka yang kurang berpendidikan digital sebagai korban manipulasi yang lebih mudah.
b. Erosi Kepercayaan Sosial yang Tak Terpulihkan