1. Peran Big Data: Data yang Mengendalikan Hidup Anda
Big Data adalah dasar dari social engineering modern. Semua yang kita lakukan di dunia digital---mulai dari klik, pencarian, hingga interaksi di media sosial---memberikan informasi yang kaya tentang siapa kita, apa yang kita sukai, dan bahkan apa yang akan kita lakukan berikutnya. Semua data ini, yang dikumpulkan melalui perangkat kita, bukan hanya mengungkapkan perilaku kita, tetapi juga bisa digunakan untuk memprediksi dan mengubah perilaku tersebut.
Pemilu Indonesia 2019: Dalam Pemilu 2019, penggunaan data besar di media sosial mengungkapkan potensi manipulasi melalui penyebaran informasi palsu. Kampanye tersembunyi yang mengandalkan data pemilih yang terkumpul dari berbagai platform online digunakan untuk memperkuat polarisasi, menebar kebencian, dan meraih suara yang mungkin tidak akan didapatkan dengan cara tradisional. Jika skenario seperti ini terjadi di tengah krisis sosial, dampaknya bisa lebih mengerikan, karena informasi yang salah bisa tersebar begitu cepat dan luas, menciptakan kegaduhan yang lebih besar.
2. Algoritma dan Personalisasi Konten: Menyusun Realitas yang Tidak Kita Sadari
Algoritma adalah penggerak utama dalam social engineering di era AI. Mereka bekerja secara diam-diam, menargetkan individu berdasarkan data yang sudah terkumpul. Dengan kemampuan untuk menganalisis pola perilaku, algoritma tidak hanya memperlihatkan apa yang kita ingin lihat, tetapi juga yang mereka ingin kita lihat. Semua ini terjadi dengan kedok "personalization"---membuat kita merasa bahwa pilihan yang kita buat adalah milik kita sepenuhnya, padahal semuanya sudah diatur oleh sistem yang lebih besar.
TikTok dan Micro-Targeting: Algoritma TikTok secara cerdas mempelajari preferensi pengguna, memperkenalkan video yang dirancang untuk menjaga kita terus menggulir. Di Indonesia, dengan demografi penggunanya yang sangat besar, ini bisa digunakan untuk memperkenalkan ideologi tertentu, membentuk opini politik, atau bahkan mengobarkan perasaan kebencian antar kelompok tanpa kita menyadarinya. Di tengah ketegangan sosial, efeknya bisa jauh lebih besar, memicu ketegangan yang lebih tinggi.
3. Teknik Manipulasi Modern: Manipulasi Tanpa Batas
Dengan kemajuan teknologi, manipulasi kini bisa dilakukan dengan lebih halus dan lebih luas. Beberapa teknik yang digunakan di era AI ini meliputi:
Phishing yang Ditingkatkan AI: Di Indonesia, kasus penipuan melalui email dan pesan teks yang dipersonalisasi semakin marak. Dengan kemampuan AI, pesan tersebut semakin sulit dibedakan dari komunikasi asli, semakin besar kemungkinan individu tertipu.
Micro-Targeting Politik: Seperti yang kita lihat dalam Pemilu 2019, kampanye politik dapat menggunakan data pengguna untuk mengarahkan pesan-pesan yang sangat terfokus kepada kelompok-kelompok tertentu. Ketika diterapkan dalam situasi sosial yang sudah tegang, ini bisa memperburuk polarisasi, bahkan memicu kerusuhan lebih besar.
Deepfake dan Disinformasi: Teknologi deepfake telah berkembang pesat, memungkinkan penciptaan video atau audio palsu yang sangat meyakinkan. Di Indonesia, hal ini bisa digunakan untuk merusak reputasi publik atau memperburuk perpecahan sosial. Dalam kondisi krisis, sebaran informasi palsu bisa memperparah konflik yang ada.