Namun, faktanya, lebih banyak orang di Indonesia yang tidak menyadari bahwa mereka hidup di dunia yang begitu dimanipulasi. Dari anak muda yang tak tahu apa itu "filter bubble" hingga orang dewasa yang terjebak dalam hoaks, tingkat literasi digital kita masih sangat rendah. Kita terus disuguhkan dengan informasi yang sudah disaring, disesuaikan dengan kebiasaan kita, dan kadang tanpa kita sadari, kita telah menjadi korban manipulasi besar-besaran.
Di sebuah dunia yang dipenuhi oleh ketidakpastian dan kebingungan informasi, bagaimana kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang hanya cerita yang dibentuk untuk keuntungan segelintir orang? Dunia yang kita kenal sekarang ini sudah bukan lagi tempat untuk berpikir bebas. Kita hidup dalam era di mana fakta dan opini dipisahkan oleh algoritma yang lebih menakutkan dari yang bisa kita bayangkan. Sementara kita sibuk scrolling, mesin-mesin canggih itu sudah menilai kita---menentukan apa yang harus kita lihat, apa yang harus kita beli, dan bahkan apa yang harus kita percayai.
Namun, tidak semua orang tahu bahwa ini sedang terjadi. Banyak yang masih belum memahami ancaman yang datang dari dalam gawai mereka sendiri. Pendidikan digital, literasi informasi, dan kesadaran akan manipulasi adalah langkah pertama yang harus diambil oleh masyarakat Indonesia. Tanpa itu, kita akan terus menjadi pion dalam permainan besar yang tidak kita kendalikan.
2. Seberapa Kuat Algoritma Memengaruhi Keputusan Kita:
Sekarang, mari kita hadapi kenyataan yang lebih mencengangkan. Apakah kita benar-benar bebas memilih? Ataukah setiap keputusan yang kita buat, dari barang yang kita beli hingga opini politik yang kita pilih, sebenarnya sudah diprogramkan untuk kita oleh sebuah mesin yang tak pernah tidur?
Bayangkan jika Anda ingin membeli pakaian baru. Anda membuka aplikasi e-commerce, dan dalam hitungan detik, ratusan pilihan muncul di layar Anda. Anda memilih satu, tetapi, tahukah Anda bahwa pilihan itu sebenarnya bukan murni hasil keputusan Anda? Itu adalah hasil dari data pribadi Anda---apa yang Anda cari, apa yang Anda lihat, dan bahkan apa yang Anda bagikan di media sosial. Algoritma yang mengendalikan dunia belanja online tahu lebih banyak tentang Anda daripada yang Anda kira. Itu tidak hanya menampilkan produk yang mungkin Anda sukai, tetapi juga membentuk kesan bahwa Anda harus membelinya.
Bagaimana jika saya katakan, bahwa keputusan-keputusan Anda---keputusan yang Anda anggap sebagai pilihan bebas---sebenarnya adalah manipulasi halus dari algoritma? Kita semua mungkin pernah mengalami ini---keputusan kita terasa seperti dipandu oleh kekuatan yang lebih besar. Bukan lagi kita yang memutuskan apa yang kita inginkan, tetapi algoritma yang menentukan apa yang kita butuhkan. Dan tak hanya itu, algoritma ini juga bisa memengaruhi cara kita berpikir, bahkan bagaimana kita memandang dunia.
Mari kita lihat lebih jauh ke dalam dunia politik. Sudah berapa kali Anda membuka aplikasi media sosial dan tanpa sadar, Anda disajikan dengan berita-berita yang sesuai dengan pandangan Anda? Dalam sekejap, dunia menjadi terbagi dalam dua sisi yang saling berhadapan, dan Anda hanya melihat apa yang mendukung kepercayaan Anda. Anda mungkin berpikir bahwa Anda membuat keputusan politik berdasarkan pemahaman yang matang, tetapi sesungguhnya Anda telah berada dalam sebuah "filter bubble" yang mengarahkan Anda ke arah tertentu---tanpa Anda sadari.
Apa yang terjadi di sini? Algoritma, yang awalnya hanya digunakan untuk memberikan pengalaman yang lebih personal, kini telah menjadi alat untuk memanipulasi opini dan bahkan membentuk identitas politik kita. Seiring dengan berjalannya waktu, kita semakin menjadi robot yang mengikuti rekomendasi tanpa bertanya: Apakah ini benar-benar pilihan saya?
Ini adalah dunia di mana kita mungkin merasa bebas, tetapi kebebasan itu hanyalah ilusi. Dalam dunia yang semakin canggih ini, kita harus bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita masih punya kendali atas keputusan yang kita buat, atau kita sudah terjebak dalam permainan algoritma yang menentukan segala sesuatu tentang kita?
Kita berada di persimpangan jalan. Dunia digital yang kita kenal telah berubah---dari alat pemberdayaan menjadi alat yang bisa saja menghancurkan kebebasan kita. Untuk membebaskan diri dari kendali tak terlihat ini, kita harus mulai sadar akan kekuatan algoritma, memahami bagaimana ia bekerja, dan berjuang untuk mengambil kembali kendali atas kehidupan kita. Namun, apakah kita cukup berani untuk melakukannya? Atau akankah kita terus menjadi pion dalam permainan yang lebih besar, tanpa pernah menyadari bahwa kita sedang dimanipulasi?